BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang
dan satuan pendidikan, merupakan salah satu dari permasalahan pendidikan yang
sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia sekarang ini. Berbagai usaha telah
dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, baik dengan pengembangan
kurikulum, peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran,
sarana pendidikan serta perbaikan manajemen sekolah. Dengan berbagai usaha ini
ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan.
Peran sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini masih kurang, seperti
partisipasi guru dalam pengambilan keputusan sering terabaikan, padahal terjadi
atau tidak terjadinya perubahan di sekolah sangat tergantung pada para gurunya.
Seharusnya guru dan masyarakat sekolah harus memiliki tanggung jawab dalam
melaksanakan program-program sekolah. Guru perlu memahami bahwa apapun yang
dilakukan di ruang kelas mempunyai pengaruh, baik positif maupun negatif
terhadap motivasi siswa, cara guru menyajikan pelajaran, bagaimana kegiatan
belajar dikelola di kelas, cara guru berintekrasi dengan siswa sebaiknya
dilakukan oleh guru secara terencana dengan perbaikan dan perubahan baik dalam
metode, manajemen sekolah yang terus dilakukan diharapkan dapat meningkatkan
perbaikan mutu pendidikan di Indonesia.
Kegiatan pembelajaran di sekolah biasanya hanya
menenkankan pada transfer pengetahuan informasi faktual dan pengembangan
penalaran yaitu pemikiran logis. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap dan nilai” oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran
memerlukan banyak pengetahuan dalam mengarahkan dan menyampaikan informasi agar
tidak menimbulkan suatu kesalahan antara orang tua, guru dan siswa. Tujuan
pembelajaran akuntansi kepada siswa akan tercapai bila faktor-faktor
pendukungnya dioptimalkan dengan faktor penghambatnya diminimalisir.
Hambatan-hambatan tersebut setidaknya bisa diatasi sendiri oleh siswa.
Keberhasilan belajar anak sangat ditentukan oleh
dorongan atau bimbingan belajar dari orang tua. Karena dorongan ini dapat
mempengaruhi anak secara langsung. Dengan demikian apabila orang tua memberikan
dorongan kepada anaknya, sekalipun keluarga tersebut dari keluarga miskin akan
tetap menghasilkan efek yang positif terhadap anak dalam pendidikannya.
Anak selalu berkembang baik fisik maupun
mentalnya jika pertumbuhan fisik anak dapat dilihat dari besar tubuh dan tinggi
tubuh anak, namun dilihat dari perkembangan anak (jiwa) anak terlihat dari
keinginan serta kemampuan anak dalam bersikap sesuatu. Apalagi diera
modernisasi ini pengaruh yang masuk atau yang dialami anak sangat besar
ditambah dengan kemajuan dunia media baik media cetak atau media elektronik
begitu cepatnya mengelilingi kehidupan anak, sehingga jika orang tua lengah
dalam menyingkapi keadaan ini maka anaknya akan begitu saja cepat menerima
sesuatu budaya atau ajaran dari luar. Tidak semua ajaran dari luar itu buruk
dan tidak semua ajaran dari luar itu baik. Sebagai bangsa yang terkenal dengan
budi pekerti yang luhur sebaiknya orang tua jangan bosan-bosan untuk selalu
mengibarkan dan selalu mencontohkan budi pekerti yang sesuai dengan kehidupan
bangsa kita.
Menurut Robert K.
Cooper dan Ayman Sawaf, membuat satu konsep bahwa “Kecerdasan emosional”
dianggap akan dapat membantu siswa dalam mengatasi hambatan-hambatan psikologis
yang ditemuinya dalam belajar. Menurutnya kecerdasan emosional adalah
“Kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan
emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh manusiawi”.
Kecerdasan emosional yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar, karena emosi memancing tindakan seorang terhadap apa yang
dihadapinya. Pembelajaran akuntansi tingkat SMK merupakan pengembangan
pikiran yang rasional sebab dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
baik ketika bekerja diperusahaan yang mengatur keuangan maupun mengatur
keuanagan sendiri. Dari alasan tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang
“Sinkronisasi komponen kecerdasan emosional dan pengaruhnya terhadap tingkat pemahaman akuntansi
dalam sistem pendidikan di SMK”.
1.2. Identifikasi Masalah
Adapun rumusan
permasalahnya dipaparkan sebagai berikut:
1.
Apakah
ada pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap hasil belajar akuntansi
2.
Apakah
siswa yang memiliki kecerdasan emosional stabil dapat mempengaruhi hasil
belajar akuntansi ?
3.
Apakah
siswa yang memiliki keinginan untuk berprestasi dapat mempengaruhi prestasi
belajar akuntansi?
4.
Apakah
ada hubungan motivasi terhadap siswa yang memiliki kecerdasan emosional labil
dapat mempengaruhi prestasi belajar akuntansi?
5.
Apakah
ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional yang dimiliki siswa
dengan hasil belajar akuntansi?
1.3.Pembatasan Masalah
Dari identifikasi
masalah yang ada, maka kami membatasi pengkajian, Yaitu sebagai berikut:
1.
Pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat
pemahaman akuntansi dalam sistem pendidikan.
2.
Komponen
Kecerdasan Emosional (EQ) hanya meliputi pengenalan diri, pengendalian diri,
memotivasi diri, empati, keterampilan sosial.
3.
Hubungan
yang signifikan antara kecerdasan emosional yang dimiliki siswa dengan hasil
belajar akuntansi di SMK.
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian
diatas, maka dapatlah dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Apakah
ada pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap tingkat pemahaman
akuntansi?
2.
Bagaimna
komponen kecerdasan emosional dapat mempengaruhi tingkat pemahaman
akuntansi dalam sistem pendidikan di SMK?
3.
Apakah
ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional yang dimiliki siswa
dengan hasil belajar akuntansi di SMK.
1.5.Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian
diatas, penulis dapat menjelaskan bahwa tujuan penelitian ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap tingkat
pemahaman akuntansi.
2.
Untuk
mengetahui komponen kecerdasan emosional yang dapat mempengaruhi tingkat
pemahaman akuntansi dalam sistem pendidikan di SMK.
3.
Untuk
mengetahui hubungan yang
signifikan antara kecerdasan emosional yang dimiliki siswa dengan hasil belajar
akuntansi di SMK.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Beberapa pakar telah melakukan penelitian sejenis
sebelumnya. Salah satunya adalah Seto (2002). Dalam penelitiannya mengenai
pengaruh emosional terhadap tingkat prestasi akademik seseorang, hasil penelitian
tersebut adalah banyak yang cerdas di sekolah, berprestasi akademik gemilang,
namun tidak dapat mengelola emosi. Dengan demikian, menjaga emosi yang
merisaukan agar tetap terkendali merupakan kunci menuju kecerdasann emosi, kecerdasan
emosional berpengaruh terhadap tingkat pemahaman terhadap suatu hal yang
merupakan kunci menuju kesuksesan dan kesejahteraan emosi.
2.2 Pengertian Kecerdasan Emosional
Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan merupakan
kemampuan membaca, menulis, dan menghitung yang merupakan keterampilan huruf
dan angka yang menjadi fokus di pendidikan formal (sekolah), dan sesungguhnya
mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses dibidang akademis. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer
mendefinisikan emosi sebagai keadaan yang keras yang timbul dari dalam hati,
perasaan jiwa yang kuat seperti sedih, luapan perasaan yang berkembang dan
surut dalam waktu cepat. Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran
yang khasnya suatu keadaan yang biologis dan psikologis serta serangkaian
kecenderungan untuk bertindak.
Kecerdasan
emosional biasa disebut dengan “street
smart (pintar)”, atau kemampuan khusus yang disebut “akal sehat”, Emotional Qoutient (EQ) terkait dengan
membaca lingkungan sosial dan menetanya kembali. Juga terkait dengan kemampuan
memahami degan spontan apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain. Oleh
karena itu, semakin tinggi EQ seseorang, semakin besar kemungkinan sukses
sebagai pelajar, mahasiswa, karyawan dan sebagainya. EQ bukan bakat, EQ bukan
prestasi, EQ bukan minat, EQ bukan tempramen, dan EQ bukanlah kepribadian.
2.3 Pengertian Pengenalan
Diri
Pengenalan diri adalah kemampuan
seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya dan digunakan untuk membuat
keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan
diri dan memiliki kepercayaan diri yang kuat.
Kesadaran diri dalam mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar dari kecerdasan
emosional. Pada tahapan ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke
waktu agar timbul pemahaman tentang diri sendiri. Ketidakmampuan untuk
mncermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan
perasaan. Sehingga tidak peka akan perasaan sesungguhnya yang berakibat buruk
bagi pengambilan keputusan suatu masalah.
2.4 Pengertian Pengendalian
Diri
Pengendalian diri adalah kemampuan
menangani emosi diri sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka
terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu
sasaran, dan mampu segera pulih dari tekanan emosi. Menjaga agar emosi yang
merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi, emosi
yang berlebihan dapat mengoyak kestabilan seseorang. Aristoteles dalam Nicomachean
Ethic menulis siapapun bisa marah, marah itu mudah, tetapi marah pada orang
yang tepat dengan kadar yang sesuai pada waktu yang tepat, demi tujuan yang
benar dan dengan cara yang baik, bukanlah hal mudah.
2.5 Pengertian Motivasi
Motivasi adalah kemampuan
menggunakan hasrat agar setiap saat dapatmembangkitkan semangat dan tenaga
untuk mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan
bertindak secara efektif. Unsur-unsur motivasi, yaitu:
a.
Dorongan prestasi (achievement drive), yaitu dorongan untuk
menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan.
b.
Komitmen (commitmen), yaitu menyesuaikan diri
dengan sasaran kelompok atau lembaga.
c.
Inisiatif (initiative), yaitu kesiapan untuk
memanfaatkan kesempatan.
d.
Optimisme (optimisme), yaitu kegigihan dalam
memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.
2.6 Pengertian Empati
Empati adalah kemampuan merasakan
apa yang dirasakan oleh oranglain. Mampu memahami perspektif orang lain dan
menimbulkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan
berbagai tipe individu. Unsur-unsur empati, yaitu:
a.
Memahami orang lain (understanding others), yaitu mengindra
perasaan dan perspektif orang lain dan menunjukkan minat aktif terhadap
kepentingan mereka.
b.
Mengembangkan orang lain (developing other), yaitu merasakan
kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan orang
lain.
c.
Orientasi pelayanan (service orientation), yaitu
mengantisipasi, mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan.
d.
Memanfaatkan keragaman (leveraging diversity), yaitu menumbuhkan
peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang.
e.
Kesadaran politis (political awareness), yaitu mampu
membaca arus-arus emisi sebuah kelompok dan hubungannya dengan perasaan.
2.7 Pengertian Keterampilan
Sosial
Ketrampilan sosial adalah kemampuan
menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, bisa
mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelasaikan perselisihan, dan
bekerjasama dalam tim. Unsur-unsur ketrampilan sosial, yaitu:
a.
Pengaruh (influence), yaitu memiliki taktik untuk
melakukan persuasi.
b.
Komunikasi (communication), yaitu mengirim pesan
yang jelas dan meyakinkan.
c.
Manajemen konflik (conflict management), yaitu negoisasi
dan pemecahan silang pendapat.
d.
Kepemimpinan (leadership), yaitu membangitkan
inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain.
e.
Katalisator perubahan (change catalyst), yaitu memulai dan
mengelola perusahaan.
f.
Membangun hubungan (building bond), yaitu menumbuhkan
hubungan yang bermanfaat.
g.
Kolaborasi dan kooperasi (collaboration and cooperation), yaitu
kerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama.
h.
Kemampuan tim (team capabilities), yaitu menciptakan
sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.
2.8 Pengertian Tingkat
Pemahaman Akuntansi
Menurut Budhiyanto dan Paskah (2004),
tingkat pemahaman akuntansi merupakan “Seberapa mengerti seorang siswa terhadap
apa yang sudah dipelajari yang dalam konteks ini mengacu pada mata pelajaran akuntansi”.
Tanda seorang siswa memahami akuntansi tidak hanya ditunjukkan dari nilai-nilai
yang di dapatkannya dalam mata pelajaran, tetapi juga apabila siswa tersebut
mengerti dan dapat menguasai konsep-konsep yang terkait. Siswa dapat dikatakan
menguasai atau memahami akuntansi apabila ilmu akuntansi yang sudah di
perolehnya selama ini dapat diterapkan dalam kehidupannya bermasyarakat atau
dengan kata lain dapat dipraktekkan didunia kerja. Pendidikan akuntansi
setidaknya harus dapat mempersiapkan peserta didik untuk memulai dan
mengembangkan keaneragaman karir profesional dalam bidang Akuntansi.
Tidak ada definisi autoritatif yang cukup
umum untuk dapat menjelaskan apa sebenarnya akuntansi itu, sehingga banyak
definisi yang diajukan oleh para ahli dan buku teks tentang pengertian
akuntansi. Akuntansi secara operasional oleh Suwardjono (2003), didefinisikan
dari dua sudut pengertian yaitu sebagai disiplin/bidang pengetahuan (study) yang diajarkan di institusi
pendidikan dan sebagai kegiatan/proses yang dilakukan di dalam praktik. Dari
sudut bidang studi, akuntansi dapat didefinisikan sebagai
seperangkat pengetahuan yang
mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan
kuantitatif suatu unit organisasi dan cara penyampaian (pelaporan) informasi
tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan akuntansi sebagai proses dapat
didefinisikan sebagai proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan,
pengklasifikasian, penguraian, penggabungan, peringkasan dan penyajian data
keuangan dasar yang terjadi dari kejadian-kejadian, transaksi-transaksi atau
kegiatan operasi suatu unit organisasi dengan cara tertentu untuk menghasilkan
informasi yang relevan bagi pihak yang berkepentingan.
2.9 Pengertian Akuntansi
Menurut Suwardjono, (2005) dalam
Wiyono (2012) pengetahuan akuntansi dapat dipandang dari dua sisi pengertian
yaitu sebagai pengetahuan profesi (keahlian) yang dipraktekan di dunia
nyatasekaligus di perguruan tinggi. Bidang praktek berkepentingan dengan masalah
bagaimana praktek dijalankan sesuai prinsip akuntansi.
Bidang teori berkepentingan dengan penjelasan yang
dianggap melandasi praktek akuntansi yang semuannya dicakup dalam pengetahuan
disebut teori akuntansi.
2.10 Kerangka Pemikiran
Berdasarka penjelasan-penjelasan yang
telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran
sebagai berikut:
Sinkronisasi
Komponen Kecerdasan Emosional Dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Pemahaman
Akuntansi Dalam Satuan Pendidikan Di SMK
|
Y
= a + b1 X1 + b2 X2 + b3
X3 + b4 X4 + b5 X5 +
kXk + e
|
Pengujian:
Statistic Descriptive
|
1.
Pengenalan diri X1
2.
Pengendalian diri X2
3.
Motivasi X3
4.
Empati X4
5.
Keterampilan X5
Independent
variable
|
Berdasarkan
kerangka pemikiran diatas, maka disimpulkan nilai mata pelajaran akuntansi
dipengaruhi oleh pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan
keterampilan serta tempat korelasi yang nyata antara pengenalan diri,
pengendalian diri, motivasi, empati dan keterampilan.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 KECERDASAN EMOSIONAL
Kecerdasan emosional memiliki
pengaruh teradap tingkat pemahaman akuntansi karena Hasil analisis
mengungkapkan bahwa kesadaran pengakuan diri, self regulation dan motivasi
memiliki hubungan antara komponen kecerdasan emosional. Di samping untuk diri
kesadaran, regulasi diri, motivasi, keterampilan sosial dan empati tidak
berpengaruh secara signifikan. Banyak faktor lain yang mempengaruhi tingkat
pemahaman akuntansi seperti faktor stres mental, dan lain-lain Hasil penelitian
ini dapat memberikan kontribusi untuk pendidikan untuk menyusun kurikulum dan
dapat memberikan masukan kepada siswa untuk mengembangkan kecerdasan emosional
dan kepercayaan diri.
C.P. Chaplin (1975) memberikan pengertian kecerdasan
sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara
cepat dan efektif. Sementara itu, Anita E. Woolfolk (1975) mengemukan bahwa
menurut teori lama, kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu:
(1) kemampuan untuk belajar
(2) keseluruhan
pengetahuan yang diperoleh
(3) kemampuan untuk beradaptasi dengan dengan
situasi baru atau lingkungan
pada umumnya.
Emosi
adalah hal begitu saja terjadi dalam hidup. terkadang menganggap bahwa perasaan
marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan sebagainya
adalah akibat dari atau hanya sekedar respon
terhadap berbagai peristiwa yang terjadi. Membahas soal emosi maka
sangat eratan kaitannya dengan kecerdasan emosi itu sendiri dimana merupakan
kemampuan seseorang untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadap frustasi,
mengendalikan dorongan hati (kegembiraan, kesedihan, kemarahan, dan lain-lain)
dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan mampu
mengendalikan stres.
Kecerdasan
emosional (Goleman, 2000) merupakan kemampuan merasakan, memahami dan secara
efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi,
koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Dengan kemampuan ini maka siswa akan mampu
untuk mengenal siapa dirinya, mengendalikan dirinya, memotivasi dirinya, berempati
terhadap lingkungan sekitarnya dan memiliki keterampilan social yang akan
meningkatan kualitas pemahaman mereka tentang akuntansi karena adanya proses
belajar yang didasari oleh kesadaran siswa itu sendiri. Sistem pembelajaran
siswa akuntansi pada pendidikan akan sangat dipengaruhi oleh kecerdasan
emosional siswa itu sendiri. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan
siswa tersebut, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk
memotivasi dirinya, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi,
kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur
suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang
lain. Kemampuan-kemampuan ini mendukung seorang siswa dalam mencapai tujuan dan
cita-citanya. Berbeda dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang cenderung
bersifat permanen, kecakapan emosional (EQ) justru lebih mungkin untuk
dipelajari dan dimodifikasi kapan saja dan oleh siapa saja yang berkeinginan
untuk meraih sukses atau prestasi hidup. Kecerdasan emosional juga mencakup
kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri
dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri, empati dan
kecakapan sosial. Ketrampilan yang berkaitan dengan kecerdasan emosi antara
lain misalnya kemampuan untuk memahami orang lain, kepemimpinan, kemampuan
membina hubungan dengan orang lain, kemampuan berkomunikasi, kerjasama tim,
membentuk citra diri positif, memotivasi dan memberi inspirasi dan sebagainya.
3.2 KOMPONEN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ)
3.2.1
Macam-macam Komponen
Emosional
Menurut
Goleman (2000) terdapat lima dimensi atau komponen kecerdasan emosional (EQ)
yang keseluruhannya diturunkan menjadi dua puluh lima kompetensi. Apabila kita
menguasai cukup enam atau lebih kompetensi yang menyebar pada kelima dimensi
(EQ) tersebut, akan membuat seseorang menjadi profesional yang handal.
Kelima dimensi
atau komponen tersebut adalah:
1.
Pengenalan diri (Self
awareness), artinya mengetahui keadaan dalam diri, hal yang lebih disukai, dan
intuisi. Kompetensi dalam dimensi pertama adalah mengenali emosi sendiri,
mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri, dan keyakinan akan kemampuan
sendiri.
2.
Pengendalian diri (self
regulation), artinya mengelola keadaan dalam diri dan sumber daya diri sendiri.
Kompetensi dimensi kedua ini adalah menahan emosi dan dorongan negatif, menjaga
norma kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes
terhadap perubahan, dan terbuka terhadap ide-ide serta informasi baru.
3.
Motivasi (motivation),
artinya dorongan yang membimbing atau membantu peraihan sasaran atau tujuan.
Kompetensi dimensi ketiga adalah dorongan untuk menjadi lebih baik,
menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, kesiapan untuk
memanfaatkan kesempatan, dan kegigihan dalam memperjuangkan kegagalan dan
hambatan.
4.
Empati (empathy), yaitu
kesadaran akan perasaan, kepentingan, dan keprihatinan orang. Dimensi keempat
terdiri dari kompetensi understanding others, developing others, customer
service, menciptakan kesempatan-kesempatan melalui pergaulan dengan berbagai
macam orang, membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan suatu
kelompok.
5.
Keterampilan sosial (social
skills), artinya kemahiran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki oleh orang
lain. Diantaranya adalah kemampuan persuasi, mendengar dengan terbuka dan
memberi pesan yang jelas, kemampuan menyelesaikan pendapat, semangat
leadership, kolaborasi dan kooperasi, serta team building. Pemahaman Akuntansi
Paham dalam kamus besar bahasa indonesia memiliki arti pandai atau mengerti
benar sedangkan pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau
memahamkan. Ini berarti bahwa orang yang memiliki pemahaman akuntansi adalah
orang yang pandai dan mengerti benar akuntansi.
Kerangka Kerja Kecakapan Emosi
Kecakapann Pribadi
Menentukan bagaimana kita mengolah
diri sendiri
|
Kecakapan Sosial
Menentukan bagaimana kita
menangani suatu hubungan.
|
Pengaturan Diri
Mengelola kondisi, implus, dan
sumber daya diri sendiri.
-Kendali diri: mengelola emosi dan
desakan hati yang merusak.
-Sifat dapat dipercaya: memelihara
norma kejujuran dan integritas.
-Kewaspadaan: bertanggung jawab
atas kinerja pribadi.
-Adaptibilitas: keluwesan dalam
menghadapi perubahan.
-Inovasi: mudah menerima dan
terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan informasi baru.
|
Ketrampilan Sosial
Kepintaran dalam menggugah
tanggapan yang dikehendaki pada orang lain.
-Pengaruh: memiliki taktik untuk
melakukan persuasi.
-Komunikasi: mengirimkan pesan
yang jelas dan meyakinkan.
-Kepemimpinan: membangkitkan
inspirasi memandu kelompok & orang lain.
-Katalisator perubahan: memulai
dan mengelola perubahan.
-Manajemen konflik: negosiasi dan
pemecahan silang pendapat.
-Pengikat jaringan: menumbuhkan
hubungan sebagai alat.
-Kolaborasi dan kooperasi: kerja
sama dengan orang lain demi tujuan bersama.
-Kemampuan tim: menciptakan
sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan.
|
Motivasi
Kecenderungan emosi yang mengantar
atau memudahkan peraihan sasaran.
-Dorongan prestasi: dorongan untuk
menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan.
-Komitmen: menyesuaikan diri
dengan sasaran kelompok atau perusahaan.
-Inisiatif: kesiapan untuk
memanfaatkan kesempatan.
-Optimisme: kegigihan
memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.
|
|
3.2.2 Pengaruh Variabel
Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman
Mata Pelajaran Akuntansi
1.
Pengaruh Pengenalan Diri Terhadap Tingkat Pemahaman Mata Pelajaran
Akuntansi
Suryaningsun dan Trisniwati (2003)
menemukan bukti empiris bahwa pengenalan diri mempengaruhi pemahaman mata
pelajaran akuntansi.
Sekarang bagaimana kita bisa menjadi lebih baik kalau
kita tidak dapat kekurangan dan kelebihan pada diri kita. Sehingga dapat
mengenali diri kita sendiri kita mampu mengubah suatu kekurangan itu menjadi
suatu kelebihan.
2.
Pengaruh Pengendalian Diri Terhadap Tingkat Pemahaman Mata Pelajaran
Akuntansi
Banyak orang yang bisa
mengendalikan emosi, dan ada juga yang tidak bisa mengendalikan emosinya. Hal
tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor yang berbada-beda, misalnya dari
faktor bawaan yang memang sudah sejak lahir. Hasil penelitian Melandy dan Aziza
(2006) menemukan bukti empiris bahwa pengendalian diri mempengaruhi tingkat
pemahaman mata pelajaran akuntansi.
3.
Pengaruh Motivasi Terhadap Tingkat Pemahaman Mata Pelajaran Akuntansi
Pengaruh motivasi dalam hal ini
adalah bagaimana motivasi yang ada pada siswa bisa diterapkan dalam hal
pemahaman akuntansi. Hasil pe penelitian Melandy dan Aziza (2006) menemukan
bukti empiris bahwa pengendalian diri mempengaruhi tingkat pemahaman mata
pelajaran akuntansi.
4.
Pengaruh Empati Terhadap Tingkat Pemahaman Mata Pelajaran Akuntansi
Empati adalah sesuatu yang berasal
dari dalam diri seseorang yang memiliki rasa iba atau sedih bila sesuatu
menimpa kerabat terdekat atau orang yang disayanginya. Inilah bagaimana empati
dapat mempengaruhi tingkat pemahaman mata pelajaran akuntansi seseorang.
5.
Pengaruh Keterampilan Terhadap Tingkat Pemahaman Mata Pelajaran
Akuntansi
Menurut Budhiyanto dan Nugroho
(2002) dalam Goleman (2004 : 267) keterampilan memungkinkan seseorang
mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan permasalahan dan
untuk bekerjasama dalam tim. Keterampilan yang ada dalam diri seseorang
berbeda-beda dari masing-masing individu, keterampilan sosial juga memiliki
pengaruh terhadap tingkat pemahaman mata pelajaran akutansi seorang siswa.
3.2.3 Pentingnya Kecerdasan
Emosional
Dengan
melihat kualitas-kualitas yang ditunjukkan dalam kecerdasan emosional, kita
akan sepakat bahwa karakter-karakter seperti itulah yang diharapkan oleh kita
sebagai makhluk sosial dan dengan memiliki beberapa kualitas tersebut seorang
anak akan dapat menghadapi permasalahan-permasalahan hidup yang semakin komplek
dan berhubungan dengan orang lain. Keberhasilan kecerdasan emosional seseorang
berpengaruh pada kesuksesan pada masa yang akan datang, juga berpengaruh pada
prestasi belajar dan bekerja. Hal tersebut sudah harus menjadi kebiasaan sejak
kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional sudah harus ada
sejak anak mengenal tantangan didunia luar kehidupan dirinya, yaitu sejak
balita.
3.3 Hubungan Signifikan antara komponen (EQ) dengan Pemahaman
Akuntansi di SMK
Paham dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki
arti pandai atau mengerti benar sedangkan pemahaman adalah proses, cara,
perbuatan memahami atau memahamkan. Ini berarti bahwa orang yang memiliki
pemahaman akuntansi adalah orang yang pandai dan mengerti benar akuntansi
(Wiyono, 2012). Dalam hal ini pemahaman akuntansi akan diukur dengan
menggunakan nilai mata pelajaran mengolah dokumen transaksi, memproses dokumen
dana kas kecil, memproses entry jurnal, mengelola kas bank, buku besar,
perpajakan, mengelola persediaan, mengelola piutang, mengelola hutang,
mengelola aktiva tetap, mengoperasikan program pengolah angka, menyusun laporan
keuangan, menyusun laporan harga pokok produksi, menyiapkan surat pemberitahuan
pajak, mengoperasikan program aplikasi akuntansi. Mata pelajaran tersebut
merupakan mata pelajaran yang didalamnnya terdapat unsur-unsur yang
menggambarkan akuntansi secara umum. Berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pengenalan diri secara parsial memiliki pengaruh
signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi di SMKN 3 Jepara. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa yang memiliki pengenalan diri yang baik akan
meningkatkan siswa dalam memahami pelajaran akuntansi, karena dengan pengenalan
bagaimana dirinya akan menmahami pelajaran akuntansi.
Pengendalian diri secara parsial memiliki pengaruh
signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi di SMKN 3 Jepara. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa yang memiliki pengendalian diri yang baik akan
meningkatkan siswa dalam memahami pelajaran akuntansi.
Motivasi secara parsial memiliki pengaruh signifikan
terhadap tingkat pemahaman akuntansi di SMKN 3 Jepara. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa yang memiliki motivasi yang besar akan meningkatkan siswa dalam
memahami pelajaran akuntansi.
Empati secara parsial memiliki pengaruh tidak
signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi di SMKN 3 Jepara. Hal ini
menunjukkan bahwa besar kecil nya empati siswa tidak langsung berkaitan dalam
memahami pelajaran akuntansi.
Ketrampilan social secara parsial memiliki pengaruh
signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi di SMKN 3 Jepara. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa yang memiliki ketrampilan social yang baik akan meningkatkan siswa
dalam memahami pelajaran akuntansi.
Besarnya pengaruh pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati
dan ketrampilan sosial terhadap tingkat pemahaman akuntansi yaitu sebesar 55,5
% sedangkan 44,5 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti.
Tidak terdapat perbedaan pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi dan
ketrampilan antara laki-laki dan perempuan terhadap tingkat pemahaman akuntansi
.
·
Pengenalan Diri Gea et al.
(2002) menjelaskan bahwa mengenal diri
berarti memahami kekhasan fisiknya, kepribadian, watak dan temperamennya, mengenal
bakat bakat alamiah yang di milikinya serta punya gambaran atau konsep yang
jelas tentang diri sendiri dengan segala kesulitan dan kelemahannya. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya sinkronisasi antara pengendalian diri, motivasi,
empati dan keterampilan social terhadap pengenalan diri dalam pengaruhnya
terhadap pemahaman akuntansi. Berdasarkan pendapat diatas, maka peneliti
menetapkan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Pengendalian diri berhubungan postif terhadap pengenalan diri
H2 : Motivasi berhubungan positif terhadap pengenalan diri
H3 : Empati berhubungan positif terhadap pengenalan diri
H4 : Keterampilan sosial berhubungan positif terhadap pengenalan diri
H5 : Pengenalan diri berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi
·
Pengendalian Diri
Pengendalian diri merupakan pengelolaan emosi yang berarti menangani perasaan
agar perasaan dapat terungkap dengan tepat. Hal ini merupakan kecakapan yang
sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola
apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan,
kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua
itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus
menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal
negatif yang merugikan dirinya sendiri. Dengan melihat adanya sikronisasidiatas
maka dengan ini peneliti menetapkan hipotesis sebagai berikut:
H6 : Pengenalan diri berhubungan positif terhadap
pengendalian diri
H7 : Motivasi berhubungan positif
terhadap pengendalian diri
H8 : Empati berhubungan positif
terhadap pengendalian diri
H9 : Keterampilan sosial
berhubungan positif terhadap pengendalian diri
H10 : Pengendalian diri
berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi
·
Motivasi
Menurut Terry (dalam Deliarnov, 1996), motivasi
didefinisikan sebagai keinginan (desire) dari dalam yang mendorong seseorang
untuk bertindak. O` Donnel (dalam Deliarnov,1996), menggambarkan motivasi
sebagai dorongan dan usaha untuk memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan (a
want) atau suatu tujuan (a goal). Sedangkan menurut Gea et al. (2002), motivasi
adalah kekuatan atau daya dorong yang menggerakkan sekaligus mengarahkan
kehendak dan perilaku seseorang dan segala kekuatannya untuk mencapai tujuan
yang diinginkannya, yang muncul dari keinginan memenuhi kebutuhannya. Dari
pandapat diatas peneliti menetapkan hipotesis sebagai berikut :
H11 :Pengenalan diri berhubungan
positif terhadap motivasi
H12 : Pengendalian diri
berhubungan positif terhadap motivasi
H13 : Empati berhubungan positif
terhadap motivasi
H14 : Keterampilan sosial
berhubungan positif terhadap motivasi
H15 : Motivasi berpengaruh
terhadap tingkat pemahaman akuntansi
·
Empati
Stein dan Howard (2002) mendefinisikan empati sebagai
kemampuan untuk menyadari, memahami dan menghargai perasaan dan pikiran orang
lain. Empati adalah “menyelaraskan diri” (peka) terhadap apa, bagaimana dan
latar belakang perasaan dan pikiran orang lain sebagaimana orang tersebut
merasakan dan memikirkannya. Bersikap empatik artinya mampu “membaca orang lain
dari sudut pandang emosi”. Orang yang empatik, peduli pada orang lain dan
memperlihatkan minat dan perhatiannya pada mereka. Empati juga dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain, kemampuan
untuk menyelaraskan diri dengan yang mungkin dirasakan dan dipikirkan orang
lain tentang suatu situasi betapapun berbedanya pandangan itu dengan pandangan
kita. Dari pendpat diatas peneliti menetapkan hipotesis sebagai berikut :
H16 : Pengenalan diri berhubungan
positif terhadap empati
H17 : Pengendalian diri
berhubungan positif terhadap empati
H18 : Motivasi berhubungan
positif terhadap empati
H19 : Keterampilan sosial
berhubungan positif terhadap empati
H20 : Empati berpengaruh terhadap
tingkat pemahaman akuntansi
·
Keterampilan Sosial
Menurut Jones (1996), kemampuan membina hubungan dengan
orang lain adalah serangkaian pilihan yang dapat membuat anda mampu
berkomunikasi secara efektif dengan orang yang berhubungan dengan anda atau
orang lain yang ingin anda hubungi. Serangkaian pilihan anda meliputi pikiran,
perasaan dan tindakan. Cadangan kemampuan anda untuk membina hubungan dengan
orang lain terdiri atas sumber dan kekurangan anda dalam tiap bidang kemampuan.
Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam inilah
yang menyebabkan seseorang seringkali
dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan. Dari hal diatas maka
peneliti menetapakn hipotesis sebagai berikut :
H21 : Pengenalan diri berhubungan
positif terhadap keterampilan sosial
H22 : Pengendalian diri
berhubungan positif terhadap keterampilan sosial
H23 : Motivasi berhubungan
positif terhadap keterampilan sosial
H24 : Empati berhubungan positif
terhadap keterampilan sosial
H25 : Keterampilan sosial
berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi
Pengaruh Lima Komponen EQ secara
bersama-sama terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Kecerdasan yang terdiri
dalam lima komponen yaitu penenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati,
dan keterampilan social akan sangat memperngaruhi kemampuan mahasiswa untuk
beradaptasi dan belajar dalam lingkungan kampus. Kemampuan siswa untuk
mengenal, mengenadalikan, memotivasi, berempati dan berketerampilan social
adalah sangat penting dalam peningkatan pemahaman akuntansinya. Untuk itu
peneliti dengan ini mengambil hipotesis sebagai berikut :
H26 : Lima Konponen EQ secara
bersama-sama memiliki pengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sinkronisasi komponen kecerdasan
emosional dan pengaruhnya terhadap tingkat pemahaman akuntansi dalam system
pendidikan sangat berpengaruh dengan kemampuan kecerdasan emosional, siswa akan
mampu untuk mengenal siapa dirinya, mengendalikan dirinya, memotivasi dirinya,
berempati terhadap lingkungan sekitarnya dan memiliki keterampilan social yang
akan meningkatan kualitas pemahaman mereka tentang akuntansi karena adanya
proses belajar yang didasari oleh kesadaran siswa itu sendiri.
Sistem pembelajaran siswa akuntansi
pada pendidikan akan sangat dipengaruhi oleh kecerdasan emosional siswa itu
sendiri. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan siswa tersebut, yaitu
kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya,
kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan
dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta
mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain.
4.2 Saran
Sebaiknya guru mata pelajaran Akuntansi
tidak hanya fokus pada bidang pelajaran yang diampunya, tetapi seorang guru
mata pelajaran Akuntansi harus mampu mengasah dan melatih kecerdasan emosional
siswa. Bila kecerdasan emosional siswa tersebut
sudah terlatih dan siswa mampu mengendalikannya maka pemahaman terhadap
mata pelajaran akuntansi akan lebih optimal dan dalam sistem pendidikannya pun
akan lebih banyak jumlah populasi siswa yang menguasai mata pelajaran Akuntansi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Melandy,
Risso, Widiastuti, Fitri dan Aziza, Nurna, 2007. Sinkronisasi Komponen
Kecerdasan Emosional dan Pengaruhnya terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi dalam
Sistem Pendidikan Tinggi Akuntansi. Jurnal SNA X. Un-has Makassar 26-28
Juli 2007.
Annisa
Fitriyani, Miftania. Analisis Faktor Pengaruh Kecerdasan Emosional pada
Kemampuan Pemahaman Pelajaran Akuntansi dilihat dari Perspektif Gender Studi Empiris
SMKN 3 Jepara, jurnal.
Isak,
Prenichawati, 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spritual dan
Minat Belajar Terhadap Pemahaman Akuntansi. Jurnal.
As-Sahara,
Masyitah, 2014. Pengaruh Perilaku Belajar, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan
Intelektual, Kecerdasan Spritual, dan
Kecerdasan Sosial terhadap pemahaman akuntansi. Jurnal.
Nurhidayah,
Diana. Pengaruh Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional terhadap
Prestasi Siswa Kelas XI Akuntansi Pada Mata Pelajaran Akuntansi di SMK Negeri 1
Surabaya. Jurnal