Jumat, 03 Juni 2016

LANGKAH-LANGKAH AUDIT MANAJEMEN


LANGKAH-LANGKAH AUDIT MANAJEMEN



    Nama              : Eva Nurzanah
NPM               : 113080107
Tingkat/Kelas: 3-D (Semester enam)
Prodi               : Pendidikan Ekonomi
Mata kuliah   : Pemeriksaan Manajemen

AUDIT pendahuluan
Audit pendahuluan dilakukan dalam rangka mempersiapkan audit lebih dalam. Audit ini lebih ditekankan pada usaha untuk memperoleh informasi latar belakang tentang objek audit. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan berkaitan dengan pelaksanaan audit ini, antara lain:

1.  Pemahaman auditor terhadap Objek Audit
Objek audit meliputi keseluruhan perusahaan dan/atau kegiatan yang dikelola oleh perusahaan tersebut dalam rangka mencapai tujuannnya. Dalam pemahaman terhadap objek audit, auditor harus mendapatkan informasi tentang sumber daya (kapasitas aktivitas) yang dimiliki objek audit dalam melaksanakan berbagai kegiatan.
Dalam pembahasan dengan manajer dan supervisor, auditor menjelaskan tujuan, sasaran, standar operasi, serta risiko bawaannya. Dalam kebanyakan audit, informasi penting dapat diklasifikasikan ke dalam fungsi dasar manajemen:
a)      perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan control.
b)      Pengamatan dalam arti umum, terus dilakukan selama audit pendahuluan.
c)      Melalui pengamatan yang gigih dan Tanya jawab yang cerdas.

Auditor membuat kesimpulan sementara secara umum atas pemahamannya terhadap objek audit termasuk indikasi adanya kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki menjadi dasar dalam membuat kesimpulan tersebut berbagai temuan yang diperoleh pada tahap ini terutama indikasi adanya kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki, digunakan sebagai dasar sementara untuk menentukan tujuan, ruang lingkup, tujuan audit dan penentuan kriteria serta bukti-bukti yang diperlukan.
Auditor harus mengomunikasikan dengan atasan pengelola objek atau pemberi tugas audit tentang pemahamannya terhadap berbagai program/aktivitas objek audit untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman. Komunikasi ini lebih efektif jika dilakukan secara tertulis, dengan meminta tanggapan pemberi tugas audit tentang hal-hal berikut:
a)      Informasi yang mendukung tujuan audit.
b)      Informasi yang mengarahkan ruang lingkup audit.
c)      Informasi yang mengarah pada tujuan audit

2.   Penentuan Tujuan Audit
Auditor harus merumuskan tujuan audit yang lebih rinci. Beberapa alasan yang mendasari diperlukannya audit manajemen termasuk di antaranya:
a)      Terjadinya pemborosan dan ketidakefisienan penggunaan sumber daya perusahaan.
b)      Tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai.
c)      Adanya alternative yang lebih baik dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
d)     Terjadinya penyimpangan dalam penggunaan sumber daya
e)      Adanya penyimpangan terhadap peraturan dan kebijaksanaan perusahaan.
f)       Sistem informasi dan pelaporan kurang baik.
Dalam merumuskan tujuan ini, auditor dapat melakukannya dengan cara sebagai berikut:
a.       Mengindentifikasi tujuan yang ada, mungkin mempunyai arti penting pada pemberi tugas.
b.      Mempertimbangkan tujuan audit yang telah ditetapkan pada masa sebelumnya.
c.       Membahas dengan pemberi tugas dan pengelola objek audit.
Jika auditor memiliki wewenang yang besar harus memperhatikan dengan cermat tentang arti penting dan risiko dalam audit tersebut. Kedua hal ini dapat memberikan petunjuk/indikasi tentang bidang-bidang yang harus diuji dalam audit. Dalam penentuan tujuan audit, auditor harus memperkirakan dan mengukur dengan cermat apakah:
a.       Sasaran dapat memungkinkan untuk diaudit.
b.      Sumber daya cukup tersedia untuk melaksanakan audit.
c.       Waktu pelaksanaan yang tersedia cukup untuk audit.
Faktor-faktor ini memberikan gambaran kepada auditor tentang apakah audit dapat dilaksanakan dan dapat terselesaikan dalam waktu yang ditentukan. Auditor harus membedakan tujuan, sasaran dan standar. Dalam menentukan tujuan audit, auditor harus lebih menekankan pada aktivitas yang memerlukan perbaikan.
Beberapa hal berikut ini mengandung risiko kegagalan tinggi terhadap keberhasilan pencapaian tujuan audit yang harus diperhatikan auditor:
a.       Tujuan objek audit yang beraneka ragam dan tidak konsisten.
b.      Tujuan objek audit yang kurang jelas.
c.       Kegiatan objek audit yang rumit dan kompleks
d.      Pengendalian yang lemah
e.       Perubahan-perubahan yang tidak terencana dan perputaran karyawan yang tinggi
f.       Perubahan lingkungan objek audit.
Hasil dari berbagai analisis yang dilakukan terhadap factor-faktor yang mempengaruhi penentuan tujuan audit, harus dikomunikasikan kepada pemberi tugas audit untuk mendapatkan kesamaan sudut pandang dalam penentuan tujuan audit.
3.   Penentuan Ruang lingkup dan Tujuan Audit
Ruang lingkup audit menunjukkan luas (area) dari tujuan audit. Di samping itu, penentuan ruang lingkup audit harus mengacu pada tujuan audit yang telah ditetapkan.
Ruang lingkup audit manajemen terdiri atas :
a)      Bidang Keuangan
b)      Ketaatan kepada peraturan dan kebijakan perusahaan
c)      Ekonomisasi
d)     Efisiensi
e)      Efektivitas
Tujuan audit adalah target yang akan diaudit. Dalam target ini terkandung pertanyaan auditor yang jawabannya akan diperoleh melalui proses dan kesimpulan hasil audit. Elemen-elemen penting dalam setiap tujuan audit:
a)      Kriteria
Merupakan norma, standar atau sekumpulan standar yang menjadi panduan setiap individu(kelompok) dalam melakukan aktivitas sebagai pelaksanaan atas wewenang dan tanggungjawab yang diberikan padanya.
b)      Penyebab
Merupakan tindakan atau aktivitas actual yang dilakukan oleh setiap individu (kelompok) yang terdapat pada objek audit.
c)      Akibat (effect)
Merupakan hasil pengukuran dan pembandingan antara aktivitas individu (kelompok) dengan criteria yang telah ditetapkan terhadap aktivitas tersebut.
4.   Penelaahan terhadap Peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan objek audit
Penelaahan ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang peraturan-peraturan yang berhubungaan dengan objek audit baik bersifat umum maupun yang berhubungan khusus dengan berbagai program/aktivitas yang diselenggarakan pada objek audit, sehingga  auditor dapat memahami batas-batas wewenang objek audit dan berbagai program yang dilaksanakan dalam mencapai tujuannya
5.   Pengembangan Kriteria Awal dalam audit
Kriteria adalah norma atau standar yang merupakan pedoman bagi setiap individu maupun kelompok dalam melakukan aktivitasnya di dalam perusahaan. Faktor yang mempengaruhi kriteria yang akan digunakan dalam audit antara lain:
a)      Tujuan dari kegiatan yang diaudit
b)      Pendekatan audit
c)      Aktivitas tujuan audit
Karakteristik kriteria yang baik antara lain:
a)      Realistis
b)      Dapat dipercaya
c)      Bebas dari pengaruh kelemahan manusia
d)     Mengarah pada temuan-temuan dan kesimpulan untuk memenuhi kebutuhan informasi pemberi tugas audit.
e)      Dirumuskan secara jelas dan tidak mengandung arti ganda yang dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda.
f)       Dapat dibandingkan
g)      Diterima semua pihak
h)      Lengkap
i)        Memerhatikan adanya rentang waktu pada saat suatu kejadian/kegiatan berlangsung.
Dalam pengembangan kriteria ini, auditor dapat mengacu pada beberapa sumber, antara lain :
a)      Undang-undang (peraturan) yang berlaku
b)      Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan dalam objek audit
c)      Norma yang sudah mendapat pengakuan secara umum
d)     Kriteria yang digunakan pada objek audit sejenis
e)      Pengalaman auditor dalam tugas-tugas audit sebelumnya pada objek audit sejenis
6.  Kesimpulan Hasil Audit Pendauluan
Kesimpulan ini menjadi dasar dalam menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam tahapan audit selanjutnya. Data yang dikumpulkan dapat mengindentifikasi hal-hal penting dan masalah-masalah yang ada serta membantu auditor memutuskan apakah pemeriksaan lanjutan diperlukan.
Pada tahap ini pula auditor seharusnya sudah menetapkan tujuan audit walaupun masih bersifat sementara. Kesimpulan hasil audit pendahuluan memuat tentang hal-hal sebagai berikut :
a)   Daftar bidang/kegiatan yang mengandung kelemahan, yang akan dijadikan tujuan audit pada tahap audit selanjutnya.
b)   Alasan mengapa bidang/kegiatan tersebut memerlukan audit lanjutan
c)   Temuan-temuan sementara yang diperoleh berkaitan dengan bidang/kegiatan yang termasuk dalam daftar bidang/kegiatan yang masih mengandung kelemahan, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
d)   Rekomendasi sementara yang diajukan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada.
e)   Tindakan-tindakan perbaikan yang sudah dilakukan objek audit berdasarkan rekomendasi sementara yang diberikan auditor sebelumnya.
f)   Bukti-bukti yang diperoleh pada audit selanjutnya berkaitan dengan tujuan audit sementara yang telah ditetapkan.
Jika audit pendahuluan memberi keyakinan adanya system, control, pengawasan, dan manajemen yang baik, maka bisa menjadi dasar keputusan tidak dilakukannya audit. Dalam situasi program audit akan disiapkan dan pekerjaan lapangan akan dilakukan, mungkin berguna untuk membuat ringkasan hasil survey dan melaporkan secara informal ke manajemen.
REVIEW TERHADAP PENGENDALIAN MANAJEMEN
Sistem pengendalian manajemen digunakan untuk mengendalikan proses yang berjalan secara ekonomis, efisien, dan efektif dalam mencapai tujuan perusahaan. Dalam audit SDM, auditor harus memahami hal ini terutama yang berkaitan dengan pengelolaan SDM. Beberapa hal yang berhubungan dengan sistem pengendalian manajemen yang harus diperhatikan oleh auditor dalam audit SDM antara lain: 
1.   Pernyataan Tujuan
Tujuan suatu perusahaan harus dinyatakan dengan jelas dan disosialisasikan ke berbagai tingkatan manajemen untuk dipahami. Dalam melakukan penelaahan terhadap system pengendalian manajemen perusahaan, auditor harus memahami dengan baik tujuan perusahaan.
2.   Rencana Perusahaan
Rencana harus disusun untuk mencapai sasaran perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang, yang biasanya juga diikuti dengan penentuan strategi untuk mengimplementasikannya.
3.   Kualitas dan Kuantitas SDM yang memadai
Pelaksanaan audit SDM pada dasarnya adalah untuk memastikan apakah kebutuhan potensial SDM bagi perusahaan (baik kuantitas maupun kualitas) telah terpenuhi secara ekonomis, efektif dan efisien. Ruang lingkup audit SDM dibagi ke dalam tiga kelompok, sesuai dengan administrasi aset tetap pada umumnya, yaitu perolehan, penggunaan, dan penghentian pengguna sebagai berikut:
a)      Rekrutmen atau perolehan SDM, mulai dari awal proses perencanaan kebutuhan SDM hingga proses seleksi dan penempatan.
b)       Pengelolaan (pemberdayaan) SDM, meliputi semua aktivitas pengelolaan SDM setelah ada di perusahaan, mulai dari pelatihan dan pengembangan sampai dengan penilaian kinerja karyawan.
c)      Pemutusan hubungan kerja (PHK) karena mengundurkan diri maupun pemecatan akibat pelanggaran aturan perusahaan.
4.   Kebijakan dan Praktik yang Sehat
Untuk mendukung praktik yang sehat, berbagai kebijakan yang dibuat perusahaan harus dikomunikasikan kepada seluruh pihak yang berkepentingan agar terjadi komunikasi timbal balik antar kedua kelompok kepentingan utama yaitu pihak perusahaan yang diwakili oleh manajemen (direksi) dan karyawan.
5.   Sistem review yang efektif
penelaahan yang efektif pada setiap aktivitas untuk memperoleh keyakinan bahwa kebijakan dan praktik yang sehat telah dilaksanakan dengan baik. Sistem review menyangkut bagaimana pihak-pihak yang berwenang melakukan review terhadap berbagai aktivitas/kegiatan yang dilakukan. Elemen sistem review yang baik, pelaksanaan supervisi harus dilaksanakan secarai memadai.
AUDIT LANJUTAN
Dari temuan audit yang diperoleh, auditor meringkas dan melakukan pengelompokan terhadap temuan tersebut ke dalam kelompok kondisi, kriteria, penyebab dan akibat. Auditor harus mampu mengungkap lebih lanjut dan menganalisis semua informasi yang berkaitan dengan tujuan audit, dan akhirnya dapat disusun suatu simpulan audit dan dibuat rekomendasi yang dapat diterima oleh objek audit.
Langkah – langkah audit pada tahap ini meliputi:
1.      Mengumpulkan tambahan informasi latar belakang objek audit.
2.      Memperoleh bukti – bukti yang relevan, material, dan komponen.
Bukti harus mempunyai hubungan dengan criteria audit : Relevan, Material, Kompeten, Cukup
3.      Membuat ringkasan dalam pengelompokan bukti.
Bukti-bukti yang telah diperoleh dalam audit kemudian diringkas dan dikelompokkan sesuai dengan elemen tujuan audit meliputi: criteria, penyebab, dan akibat.
4.      Menyusun kesimpulan atas dasar ringkasan bukti yang telah diperoleh dan mengidentifikasi bahwa akibat yang ditimbulkan dari ketidaksesuaian antara kondisi dan kritera cukup penting dan material.
Mengumpulkan Tambahan Informasi Latar Belakang
Langkah ini menekankan pada usaha untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dalam menganalisis aktivitas yang diaudit sebagai dasar pembuatan kesimpulan audit. Data yang diperoleh pada tahap ini memungkinkan juga untuk diperoleh dari luar perusahaan yang memiliki relevansi dengan kegiatan yang sedang diaudit.

Memperoleh Bukti
Dari sudut pandang auditor bukti adalah fakta dan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan kesimpulan audit. Dalam proses audit, auditor harus dapat menganalisis dan menentukan fakta dan informasi yang relevan, andal, dan berkaitan dengan tujuan audit. Tujuan dari diperolehnya bukti ini adalah untuk menentukan bahwa:
a)      Kriteria atas kegiatan yang diaudit sudah sesuai dan dapat diterima
b)      Terdapat pelaksanaan yang menyimpang, merupakan penyebab dari timbulnya akibat yang kurang menguntungkan bagi kegiatan yang diudit
c)      Terdapat akibat yang cukup penting dan material dari terjadinya perbedaan antara kondisi dengan criteria yang telah ditetapkan.

Membuat Ringkasan dan Mengelompokkan Bukti
Bukti-bukti yang ditemukan dalam audit kemudian diringkas dan dikelompokkan sesuai dengan elemen tujuan audit yang meliputi: criteria, penyebab dan akibat. Bukti-bukti yang termasuk dalam criteria adalah keseluruhan temuan audit yang berkaitan dengan norma standar yang ditetapkan perusahaan. Sedangkan bukti-bukti yang termasuk dalam kelompok penyebab biasanya berupa berbagai tindakan menyimpang atau tindakan positif yang tidak dilakukan yang merupakan sumber terjadinya ketidakekonomisan, ketidakefisienan operasi, dan ketidakefektifan pencapaian tujuan. Bukti-bukti yang merupakan kelompok akibat biasanya ditemukan terlebih daahulu. Bukti-bukti ini adalah hasil pengukuran antara penyebab yang terjadi dengan criteria yang berhubungan dengan penyebab tersebut.

Pengembangan Temuan dalam Audit Lanjutan
Pengembangan temuan merupakan pengumpulan dan sintesa informasi khusus yang bersangkutan dengan aktivitas yang diaudit, dievaluasi, dan yang dianalisis karena diperkirakan akan menjadi perhatian dan berguna bagi pengguna laporan. Dengan pengembangan temuan ini akan diketahui secara lebih jelas tentang adanya penyimpangan yang terjadi, penyebab terjadinya penyimpangan, dan akibat yang ditimbulkan dari penyimpangan tersebut serta rekomendasi yang akan diberikan untuk memperbaiki penyimpangan tersebut.

Perubahan Luas dan Arah Pengembangan Temuan
Informasi yang diperoleh selama pengembangan temuan mungkin mengarahkan perlunya untuk melakukan perubahan arah atau tekanan terhadap audit yang telah direncanakan atau perlu dilakukannya perluasan atau pengurangan terhadap ruang lingkup audit. Dengan mengawasi secara seksama terhadap perkembangan hal-hal yang mungkin merupakan temuan, auditor akan segera bias mengambil keputusan tentang wujud kegiatan selanjutnya.

PELAPORAN
Bagian akhir dari proses audit manajemen adalah pelaporan hasil audit. Ada dua cara penyajian laporan audit manajemen, yaitu :
a)      Cara penyajian yang mengikuti arus informasi yang diperoleh selama tahapan-tahapan audit.
b)      Cara penyajian yang mengikuti arus informasi yang menitikberatkan penyajian kepada kepentingan para pengguna laporan hasil audit ini.
Laporan memuat kesimpulan audit tentang elemen-elemen atas tujuan audit dan rekomendasi yang diberikan untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang terjadi serta rencana tindak lanjut dalam mengaplikasikan rekomendasi tersebut.
Tindak Lanjut
Implementasi tindak lanjut atas rekomendasi yang diberikan auditor merupakan bentuk komitmen manajemen dalam meningkatkan proses dan kinerja perusahaan atas beberapa kelemahan/kekurangan yang masih terjadi. Auditor tidak memiliki kewenangan memaksa dan menuntut manajemen untuk melaksanakan tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan, tetapi lebih menempatkan diri sebagai supervisor atas rencana, pelaksanaan, dan pengendalian tindak lanjut yang dilakukan. Rekomendasi seharusnya merupakan hasil diskusi dan rumusan bersama antara manajemen dan auditor, dan juga harus menyajikan analisis dan manfaat yang diperoleh perusahaan jika rekomendasi tersebut dilaksanakan, serta kerugian yang mungkin terjadi jika rekomendasi tidak dilaksanakan karena tidak ada tindakan perbaikan yang dilakukan perusahaan.



DAFTAR PUSTAKA

Bayangkara, IBK (2008). Audit Manajemen: Prosedur dan Implementasi. Jakarta:

Salemba Empat.

SINKRONISASI KOMPONEN KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI DALAM SISTEM PENDIDIKAN DI SMK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, merupakan salah satu dari permasalahan pendidikan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia sekarang ini. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, baik dengan pengembangan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, sarana pendidikan serta perbaikan manajemen sekolah. Dengan berbagai usaha ini ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan.

Peran sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini masih kurang, seperti partisipasi guru dalam pengambilan keputusan sering terabaikan, padahal terjadi atau tidak terjadinya perubahan di sekolah sangat tergantung pada para gurunya. Seharusnya guru dan masyarakat sekolah harus memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan program-program sekolah. Guru perlu memahami bahwa apapun yang dilakukan di ruang kelas mempunyai pengaruh, baik positif maupun negatif terhadap motivasi siswa, cara guru menyajikan pelajaran, bagaimana kegiatan belajar dikelola di kelas, cara guru berintekrasi dengan siswa sebaiknya dilakukan oleh guru secara terencana dengan perbaikan dan perubahan baik dalam metode, manajemen sekolah yang terus dilakukan diharapkan dapat meningkatkan perbaikan mutu pendidikan di Indonesia.
Kegiatan pembelajaran di sekolah biasanya hanya menenkankan pada transfer pengetahuan informasi faktual dan pengembangan penalaran yaitu pemikiran logis. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai” oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran memerlukan banyak pengetahuan dalam mengarahkan dan menyampaikan informasi agar tidak menimbulkan suatu kesalahan antara orang tua, guru dan siswa. Tujuan pembelajaran akuntansi kepada siswa akan tercapai bila faktor-faktor pendukungnya dioptimalkan dengan faktor penghambatnya diminimalisir. Hambatan-hambatan tersebut setidaknya bisa diatasi sendiri oleh siswa.
Keberhasilan belajar anak sangat ditentukan oleh dorongan atau bimbingan belajar dari orang tua. Karena dorongan ini dapat mempengaruhi anak secara langsung. Dengan demikian apabila orang tua memberikan dorongan kepada anaknya, sekalipun keluarga tersebut dari keluarga miskin akan tetap menghasilkan efek yang positif terhadap anak dalam pendidikannya. 
Anak selalu berkembang baik fisik maupun mentalnya jika pertumbuhan fisik anak dapat dilihat dari besar tubuh dan tinggi tubuh anak, namun dilihat dari perkembangan anak (jiwa) anak terlihat dari keinginan serta kemampuan anak dalam bersikap sesuatu. Apalagi diera modernisasi ini pengaruh yang masuk atau yang dialami anak sangat besar ditambah dengan kemajuan dunia media baik media cetak atau media elektronik begitu cepatnya mengelilingi kehidupan anak, sehingga jika orang tua lengah dalam menyingkapi keadaan ini maka anaknya akan begitu saja cepat menerima sesuatu budaya atau ajaran dari luar. Tidak semua ajaran dari luar itu buruk dan tidak semua ajaran dari luar itu baik. Sebagai bangsa yang terkenal dengan budi pekerti yang luhur sebaiknya orang tua jangan bosan-bosan untuk selalu mengibarkan dan selalu mencontohkan budi pekerti yang sesuai dengan kehidupan bangsa kita.
Menurut Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, membuat satu konsep bahwa “Kecerdasan emosional” dianggap akan dapat membantu siswa dalam mengatasi hambatan-hambatan psikologis yang ditemuinya dalam belajar. Menurutnya kecerdasan emosional adalah “Kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh manusiawi”.
Kecerdasan emosional yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar, karena emosi memancing tindakan seorang terhadap apa yang dihadapinya. Pembelajaran akuntansi tingkat SMK merupakan pengembangan pikiran yang rasional sebab dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari baik ketika bekerja diperusahaan yang mengatur keuangan maupun mengatur keuanagan sendiri. Dari alasan tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang “Sinkronisasi komponen kecerdasan emosional dan pengaruhnya terhadap tingkat pemahaman akuntansi dalam sistem pendidikan di SMK”.

1.2. Identifikasi Masalah
Adapun rumusan permasalahnya dipaparkan sebagai berikut:

1.      Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap hasil belajar akuntansi
2.      Apakah siswa yang memiliki kecerdasan emosional stabil dapat mempengaruhi hasil belajar akuntansi ?
3.      Apakah siswa yang memiliki keinginan untuk berprestasi dapat mempengaruhi prestasi belajar akuntansi? 
4.      Apakah ada hubungan motivasi terhadap siswa yang memiliki kecerdasan emosional labil dapat mempengaruhi prestasi belajar akuntansi? 
5.      Apakah ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional yang dimiliki siswa dengan hasil belajar akuntansi?



1.3.Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang ada, maka kami membatasi pengkajian, Yaitu sebagai berikut:
1.      Pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi dalam sistem pendidikan.
2.      Komponen Kecerdasan Emosional (EQ) hanya meliputi pengenalan diri, pengendalian diri, memotivasi diri, empati, keterampilan sosial.
3.      Hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional yang dimiliki siswa dengan hasil belajar akuntansi di SMK.

1.4.Rumusan Masalah 
Berdasarkan uraian diatas, maka dapatlah dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap tingkat pemahaman akuntansi? 
2.      Bagaimna komponen kecerdasan emosional dapat mempengaruhi tingkat pemahaman akuntansi dalam sistem pendidikan di SMK?
3.      Apakah ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional yang dimiliki siswa dengan hasil belajar akuntansi di SMK.

1.5.Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menjelaskan bahwa tujuan penelitian ini adalah: 
1.      Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap tingkat pemahaman akuntansi. 
2.      Untuk mengetahui komponen kecerdasan emosional yang dapat mempengaruhi tingkat pemahaman akuntansi dalam sistem pendidikan di SMK.
3.      Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional yang dimiliki siswa dengan hasil belajar akuntansi di SMK.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Penelitian Terdahulu

Beberapa pakar telah melakukan penelitian sejenis sebelumnya. Salah satunya adalah Seto (2002). Dalam penelitiannya mengenai pengaruh emosional terhadap tingkat prestasi akademik seseorang, hasil penelitian tersebut adalah banyak yang cerdas di sekolah, berprestasi akademik gemilang, namun tidak dapat mengelola emosi. Dengan demikian, menjaga emosi yang merisaukan agar tetap terkendali merupakan kunci menuju kecerdasann emosi, kecerdasan emosional berpengaruh terhadap tingkat pemahaman terhadap suatu hal yang merupakan kunci menuju kesuksesan dan kesejahteraan emosi.

2.2  Pengertian Kecerdasan Emosional

Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan merupakan kemampuan membaca, menulis, dan menghitung yang merupakan keterampilan huruf dan angka yang menjadi fokus di pendidikan formal (sekolah), dan sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses dibidang akademis. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer mendefinisikan emosi sebagai keadaan yang keras yang timbul dari dalam hati, perasaan jiwa yang kuat seperti sedih, luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu cepat. Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khasnya suatu keadaan yang biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Kecerdasan emosional biasa disebut dengan “street smart (pintar)”, atau kemampuan khusus yang disebut “akal sehat”, Emotional Qoutient (EQ) terkait dengan membaca lingkungan sosial dan menetanya kembali. Juga terkait dengan kemampuan memahami degan spontan apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain. Oleh karena itu, semakin tinggi EQ seseorang, semakin besar kemungkinan sukses sebagai pelajar, mahasiswa, karyawan dan sebagainya. EQ bukan bakat, EQ bukan prestasi, EQ bukan minat, EQ bukan tempramen, dan EQ bukanlah kepribadian.

2.3  Pengertian Pengenalan Diri

Pengenalan diri adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya dan digunakan untuk membuat keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan memiliki kepercayaan diri yang kuat.
Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar dari kecerdasan emosional. Pada tahapan ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul pemahaman tentang diri sendiri. Ketidakmampuan untuk mncermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan. Sehingga tidak peka akan perasaan sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan suatu masalah.

2.4  Pengertian Pengendalian Diri

Pengendalian diri adalah kemampuan menangani emosi diri sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu segera pulih dari tekanan emosi. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi, emosi yang berlebihan dapat mengoyak kestabilan seseorang. Aristoteles dalam Nicomachean Ethic menulis siapapun bisa marah, marah itu mudah, tetapi marah pada orang yang tepat dengan kadar yang sesuai pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar dan dengan cara yang baik, bukanlah hal mudah.


2.5  Pengertian Motivasi

Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapatmembangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif. Unsur-unsur motivasi, yaitu:
a.       Dorongan prestasi (achievement drive), yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan.
b.      Komitmen (commitmen), yaitu menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau lembaga.
c.       Inisiatif (initiative), yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.
d.      Optimisme (optimisme), yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.

2.6  Pengertian Empati

Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh oranglain. Mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu. Unsur-unsur empati, yaitu:
a.       Memahami orang lain (understanding others), yaitu mengindra perasaan dan perspektif orang lain dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka.
b.      Mengembangkan orang lain (developing other), yaitu merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan orang lain.
c.       Orientasi pelayanan (service orientation), yaitu mengantisipasi, mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan.
d.      Memanfaatkan keragaman (leveraging diversity), yaitu menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang.
e.       Kesadaran politis (political awareness), yaitu mampu membaca arus-arus emisi sebuah kelompok dan hubungannya dengan perasaan.

2.7  Pengertian Keterampilan Sosial

Ketrampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelasaikan perselisihan, dan bekerjasama dalam tim. Unsur-unsur ketrampilan sosial, yaitu:
a.       Pengaruh (influence), yaitu memiliki taktik untuk melakukan persuasi.
b.      Komunikasi (communication), yaitu mengirim pesan yang jelas dan meyakinkan.
c.       Manajemen konflik (conflict management), yaitu negoisasi dan pemecahan silang pendapat.
d.      Kepemimpinan (leadership), yaitu membangitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain.
e.       Katalisator perubahan (change catalyst), yaitu memulai dan mengelola perusahaan.
f.       Membangun hubungan (building bond), yaitu menumbuhkan hubungan yang bermanfaat.
g.      Kolaborasi dan kooperasi (collaboration and cooperation), yaitu kerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama.
h.      Kemampuan tim (team capabilities), yaitu menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.

2.8  Pengertian Tingkat Pemahaman Akuntansi

Menurut Budhiyanto dan Paskah (2004), tingkat pemahaman akuntansi merupakan “Seberapa mengerti seorang siswa terhadap apa yang sudah dipelajari yang dalam konteks ini mengacu pada mata pelajaran akuntansi”. Tanda seorang siswa memahami akuntansi tidak hanya ditunjukkan dari nilai-nilai yang di dapatkannya dalam mata pelajaran, tetapi juga apabila siswa tersebut mengerti dan dapat menguasai konsep-konsep yang terkait. Siswa dapat dikatakan menguasai atau memahami akuntansi apabila ilmu akuntansi yang sudah di perolehnya selama ini dapat diterapkan dalam kehidupannya bermasyarakat atau dengan kata lain dapat dipraktekkan didunia kerja. Pendidikan akuntansi setidaknya harus dapat mempersiapkan peserta didik untuk memulai dan mengembangkan keaneragaman karir profesional dalam bidang Akuntansi.
Tidak ada definisi autoritatif yang cukup umum untuk dapat menjelaskan apa sebenarnya akuntansi itu, sehingga banyak definisi yang diajukan oleh para ahli dan buku teks tentang pengertian akuntansi. Akuntansi secara operasional oleh Suwardjono (2003), didefinisikan dari dua sudut pengertian yaitu sebagai disiplin/bidang pengetahuan (study) yang diajarkan di institusi pendidikan dan sebagai kegiatan/proses yang dilakukan di dalam praktik. Dari sudut bidang studi, akuntansi dapat didefinisikan  sebagai  seperangkat  pengetahuan  yang  mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif suatu unit organisasi dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan akuntansi sebagai proses dapat didefinisikan sebagai proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, pengklasifikasian, penguraian, penggabungan, peringkasan dan penyajian data keuangan dasar yang terjadi dari kejadian-kejadian, transaksi-transaksi atau kegiatan operasi suatu unit organisasi dengan cara tertentu untuk menghasilkan informasi yang relevan bagi pihak yang berkepentingan.

2.9  Pengertian Akuntansi

Menurut Suwardjono, (2005) dalam Wiyono (2012) pengetahuan akuntansi dapat dipandang dari dua sisi pengertian yaitu sebagai pengetahuan profesi (keahlian) yang dipraktekan di dunia nyatasekaligus di perguruan tinggi. Bidang praktek berkepentingan dengan masalah bagaimana praktek dijalankan sesuai prinsip akuntansi.
Bidang teori berkepentingan dengan penjelasan yang dianggap melandasi praktek akuntansi yang semuannya dicakup dalam pengetahuan disebut teori akuntansi.















2.10 Kerangka Pemikiran

Berdasarka penjelasan-penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Sinkronisasi Komponen Kecerdasan Emosional Dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Dalam Satuan Pendidikan Di SMK



Nilai mata pelajaran (Y)
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + kXk + e
Pengujian:
Statistic Descriptive
 






1.      Pengenalan diri X1
2.      Pengendalian diri X2
3.      Motivasi X3
4.      Empati X4
5.      Keterampilan X5

Independent variable












Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka disimpulkan nilai mata pelajaran akuntansi dipengaruhi oleh pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan serta tempat korelasi yang nyata antara pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan keterampilan.

BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

3.1  KECERDASAN EMOSIONAL

Kecerdasan emosional memiliki pengaruh teradap tingkat pemahaman akuntansi karena Hasil analisis mengungkapkan bahwa kesadaran pengakuan diri, self regulation dan motivasi memiliki hubungan antara komponen kecerdasan emosional. Di samping untuk diri kesadaran, regulasi diri, motivasi, keterampilan sosial dan empati tidak berpengaruh secara signifikan. Banyak faktor lain yang mempengaruhi tingkat pemahaman akuntansi seperti faktor stres mental, dan lain-lain Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk pendidikan untuk menyusun kurikulum dan dapat memberikan masukan kepada siswa untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan kepercayaan diri.

C.P. Chaplin (1975) memberikan pengertian kecerdasan sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Sementara itu, Anita E. Woolfolk (1975) mengemukan bahwa menurut teori lama, kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu:
(1) kemampuan untuk belajar
(2) keseluruhan   pengetahuan yang diperoleh
(3) kemampuan untuk beradaptasi dengan dengan situasi baru atau lingkungan
pada umumnya.

Emosi adalah hal begitu saja terjadi dalam hidup. terkadang menganggap bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan sebagainya adalah akibat dari atau hanya sekedar respon  terhadap berbagai peristiwa yang terjadi. Membahas soal emosi maka sangat eratan kaitannya dengan kecerdasan emosi itu sendiri dimana merupakan kemampuan seseorang untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadap frustasi, mengendalikan dorongan hati (kegembiraan, kesedihan, kemarahan, dan lain-lain) dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan mampu mengendalikan stres.
Kecerdasan emosional (Goleman, 2000) merupakan kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Dengan kemampuan ini maka siswa akan mampu untuk mengenal siapa dirinya, mengendalikan dirinya, memotivasi dirinya, berempati terhadap lingkungan sekitarnya dan memiliki keterampilan social yang akan meningkatan kualitas pemahaman mereka tentang akuntansi karena adanya proses belajar yang didasari oleh kesadaran siswa itu sendiri. Sistem pembelajaran siswa akuntansi pada pendidikan akan sangat dipengaruhi oleh kecerdasan emosional siswa itu sendiri. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan siswa tersebut, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain. Kemampuan-kemampuan ini mendukung seorang siswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Berbeda dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang cenderung bersifat permanen, kecakapan emosional (EQ) justru lebih mungkin untuk dipelajari dan dimodifikasi kapan saja dan oleh siapa saja yang berkeinginan untuk meraih sukses atau prestasi hidup. Kecerdasan emosional juga mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial. Ketrampilan yang berkaitan dengan kecerdasan emosi antara lain misalnya kemampuan untuk memahami orang lain, kepemimpinan, kemampuan membina hubungan dengan orang lain, kemampuan berkomunikasi, kerjasama tim, membentuk citra diri positif, memotivasi dan memberi inspirasi dan sebagainya.

3.2   KOMPONEN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ)

3.2.1        Macam-macam Komponen Emosional
Menurut Goleman (2000) terdapat lima dimensi atau komponen kecerdasan emosional (EQ) yang keseluruhannya diturunkan menjadi dua puluh lima kompetensi. Apabila kita menguasai cukup enam atau lebih kompetensi yang menyebar pada kelima dimensi (EQ) tersebut, akan membuat seseorang menjadi profesional yang handal.
Kelima dimensi atau komponen tersebut adalah:  
1.      Pengenalan diri (Self awareness), artinya mengetahui keadaan dalam diri, hal yang lebih disukai, dan intuisi. Kompetensi dalam dimensi pertama adalah mengenali emosi sendiri, mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri, dan keyakinan akan kemampuan sendiri.
2.      Pengendalian diri (self regulation), artinya mengelola keadaan dalam diri dan sumber daya diri sendiri. Kompetensi dimensi kedua ini adalah menahan emosi dan dorongan negatif, menjaga norma kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, dan terbuka terhadap ide-ide serta informasi baru.
3.      Motivasi (motivation), artinya dorongan yang membimbing atau membantu peraihan sasaran atau tujuan. Kompetensi dimensi ketiga adalah dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan, dan kegigihan dalam memperjuangkan kegagalan dan hambatan.
4.      Empati (empathy), yaitu kesadaran akan perasaan, kepentingan, dan keprihatinan orang. Dimensi keempat terdiri dari kompetensi understanding others, developing others, customer service, menciptakan kesempatan-kesempatan melalui pergaulan dengan berbagai macam orang, membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan suatu kelompok.
5.      Keterampilan sosial (social skills), artinya kemahiran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki oleh orang lain. Diantaranya adalah kemampuan persuasi, mendengar dengan terbuka dan memberi pesan yang jelas, kemampuan menyelesaikan pendapat, semangat leadership, kolaborasi dan kooperasi, serta team building. Pemahaman Akuntansi Paham dalam kamus besar bahasa indonesia memiliki arti pandai atau mengerti benar sedangkan pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Ini berarti bahwa orang yang memiliki pemahaman akuntansi adalah orang yang pandai dan mengerti benar akuntansi.

Kerangka Kerja Kecakapan Emosi
Kecakapann Pribadi
Menentukan bagaimana kita mengolah diri sendiri
Kecakapan Sosial
Menentukan bagaimana kita menangani suatu hubungan.
Pengaturan Diri
Mengelola kondisi, implus, dan sumber daya diri sendiri.
-Kendali diri: mengelola emosi dan desakan hati yang merusak.
-Sifat dapat dipercaya: memelihara norma kejujuran dan integritas.
-Kewaspadaan: bertanggung jawab atas kinerja pribadi.
-Adaptibilitas: keluwesan dalam menghadapi perubahan.
-Inovasi: mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan informasi baru.
Ketrampilan Sosial
Kepintaran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain.
-Pengaruh: memiliki taktik untuk melakukan persuasi.
-Komunikasi: mengirimkan pesan yang jelas dan meyakinkan.
-Kepemimpinan: membangkitkan inspirasi memandu kelompok & orang lain.
-Katalisator perubahan: memulai dan mengelola perubahan.
-Manajemen konflik: negosiasi dan pemecahan silang pendapat.
-Pengikat jaringan: menumbuhkan hubungan sebagai alat.
-Kolaborasi dan kooperasi: kerja sama dengan orang lain demi tujuan bersama.
-Kemampuan tim: menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan.

Motivasi
Kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan peraihan sasaran.
-Dorongan prestasi: dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan.
-Komitmen: menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau perusahaan.
-Inisiatif: kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.
-Optimisme: kegigihan memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.






3.2.2 Pengaruh Variabel Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman
Mata Pelajaran Akuntansi

1.      Pengaruh Pengenalan Diri Terhadap Tingkat Pemahaman Mata Pelajaran Akuntansi
Suryaningsun dan Trisniwati (2003) menemukan bukti empiris bahwa pengenalan diri mempengaruhi pemahaman mata pelajaran akuntansi.
Sekarang bagaimana kita bisa menjadi lebih baik kalau kita tidak dapat kekurangan dan kelebihan pada diri kita. Sehingga dapat mengenali diri kita sendiri kita mampu mengubah suatu kekurangan itu menjadi suatu kelebihan.

2.      Pengaruh Pengendalian Diri Terhadap Tingkat Pemahaman Mata Pelajaran Akuntansi
Banyak orang yang bisa mengendalikan emosi, dan ada juga yang tidak bisa mengendalikan emosinya. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor yang berbada-beda, misalnya dari faktor bawaan yang memang sudah sejak lahir. Hasil penelitian Melandy dan Aziza (2006) menemukan bukti empiris bahwa pengendalian diri mempengaruhi tingkat pemahaman mata pelajaran akuntansi.

3.      Pengaruh Motivasi Terhadap Tingkat Pemahaman Mata Pelajaran Akuntansi
Pengaruh motivasi dalam hal ini adalah bagaimana motivasi yang ada pada siswa bisa diterapkan dalam hal pemahaman akuntansi. Hasil pe penelitian Melandy dan Aziza (2006) menemukan bukti empiris bahwa pengendalian diri mempengaruhi tingkat pemahaman mata pelajaran akuntansi.

4.      Pengaruh Empati Terhadap Tingkat Pemahaman Mata Pelajaran Akuntansi
Empati adalah sesuatu yang berasal dari dalam diri seseorang yang memiliki rasa iba atau sedih bila sesuatu menimpa kerabat terdekat atau orang yang disayanginya. Inilah bagaimana empati dapat mempengaruhi tingkat pemahaman mata pelajaran akuntansi seseorang.

5.      Pengaruh Keterampilan Terhadap Tingkat Pemahaman Mata Pelajaran Akuntansi
Menurut Budhiyanto dan Nugroho (2002) dalam Goleman (2004 : 267) keterampilan memungkinkan seseorang mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan permasalahan dan untuk bekerjasama dalam tim. Keterampilan yang ada dalam diri seseorang berbeda-beda dari masing-masing individu, keterampilan sosial juga memiliki pengaruh terhadap tingkat pemahaman mata pelajaran akutansi seorang siswa.

3.2.3  Pentingnya Kecerdasan Emosional

Dengan melihat kualitas-kualitas yang ditunjukkan dalam kecerdasan emosional, kita akan sepakat bahwa karakter-karakter seperti itulah yang diharapkan oleh kita sebagai makhluk sosial dan dengan memiliki beberapa kualitas tersebut seorang anak akan dapat menghadapi permasalahan-permasalahan hidup yang semakin komplek dan berhubungan dengan orang lain. Keberhasilan kecerdasan emosional seseorang berpengaruh pada kesuksesan pada masa yang akan datang, juga berpengaruh pada prestasi belajar dan bekerja. Hal tersebut sudah harus menjadi kebiasaan sejak kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional sudah harus ada sejak anak mengenal tantangan didunia luar kehidupan dirinya, yaitu sejak balita.

3.3  Hubungan Signifikan antara komponen (EQ) dengan Pemahaman Akuntansi di SMK

Paham dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti pandai atau mengerti benar sedangkan pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Ini berarti bahwa orang yang memiliki pemahaman akuntansi adalah orang yang pandai dan mengerti benar akuntansi (Wiyono, 2012). Dalam hal ini pemahaman akuntansi akan diukur dengan menggunakan nilai mata pelajaran mengolah dokumen transaksi, memproses dokumen dana kas kecil, memproses entry jurnal, mengelola kas bank, buku besar, perpajakan, mengelola persediaan, mengelola piutang, mengelola hutang, mengelola aktiva tetap, mengoperasikan program pengolah angka, menyusun laporan keuangan, menyusun laporan harga pokok produksi, menyiapkan surat pemberitahuan pajak, mengoperasikan program aplikasi akuntansi. Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang didalamnnya terdapat unsur-unsur yang menggambarkan akuntansi secara umum. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pengenalan diri secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi di SMKN 3 Jepara. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki pengenalan diri yang baik akan meningkatkan siswa dalam memahami pelajaran akuntansi, karena dengan pengenalan bagaimana dirinya akan menmahami pelajaran akuntansi.
Pengendalian diri secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi di SMKN 3 Jepara. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki pengendalian diri yang baik akan meningkatkan siswa dalam memahami pelajaran akuntansi.
Motivasi secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi di SMKN 3 Jepara. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi yang besar akan meningkatkan siswa dalam memahami pelajaran akuntansi.
Empati secara parsial memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi di SMKN 3 Jepara. Hal ini menunjukkan bahwa besar kecil nya empati siswa tidak langsung berkaitan dalam memahami pelajaran akuntansi.
Ketrampilan social secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi di SMKN 3 Jepara. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki ketrampilan social yang baik akan meningkatkan siswa dalam memahami pelajaran akuntansi.
Besarnya pengaruh pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan ketrampilan sosial terhadap tingkat pemahaman akuntansi yaitu sebesar 55,5 % sedangkan 44,5 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti. Tidak terdapat perbedaan pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi dan ketrampilan antara laki-laki dan perempuan terhadap tingkat pemahaman akuntansi .
·         Pengenalan Diri Gea et al. (2002) menjelaskan bahwa  mengenal diri berarti memahami kekhasan fisiknya, kepribadian, watak dan temperamennya, mengenal bakat bakat alamiah yang di milikinya serta punya gambaran atau konsep yang jelas tentang diri sendiri dengan segala kesulitan dan kelemahannya. Hal ini menunjukkan bahwa adanya sinkronisasi antara pengendalian diri, motivasi, empati dan keterampilan social terhadap pengenalan diri dalam pengaruhnya terhadap pemahaman akuntansi. Berdasarkan pendapat diatas, maka peneliti menetapkan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Pengendalian diri berhubungan postif terhadap pengenalan diri
H2 : Motivasi berhubungan positif terhadap pengenalan diri
H3 : Empati berhubungan positif terhadap pengenalan diri
H4 : Keterampilan sosial berhubungan positif terhadap pengenalan diri
H5 : Pengenalan diri berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi

·         Pengendalian Diri
Pengendalian diri merupakan pengelolaan emosi yang berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat. Hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri. Dengan melihat adanya sikronisasidiatas maka dengan ini peneliti menetapkan hipotesis sebagai berikut:
H6 : Pengenalan diri berhubungan positif terhadap pengendalian diri
H7 : Motivasi berhubungan positif terhadap pengendalian diri
H8 : Empati berhubungan positif terhadap pengendalian diri
H9 : Keterampilan sosial berhubungan positif terhadap pengendalian diri
H10 : Pengendalian diri berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi
·         Motivasi
Menurut Terry (dalam Deliarnov, 1996), motivasi didefinisikan sebagai keinginan (desire) dari dalam yang mendorong seseorang untuk bertindak. O` Donnel (dalam Deliarnov,1996), menggambarkan motivasi sebagai dorongan dan usaha untuk memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan (a want) atau suatu tujuan (a goal). Sedangkan menurut Gea et al. (2002), motivasi adalah kekuatan atau daya dorong yang menggerakkan sekaligus mengarahkan kehendak dan perilaku seseorang dan segala kekuatannya untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, yang muncul dari keinginan memenuhi kebutuhannya. Dari pandapat diatas peneliti menetapkan hipotesis sebagai berikut :
H11 :Pengenalan diri berhubungan positif terhadap motivasi
H12 : Pengendalian diri berhubungan positif terhadap motivasi
H13 : Empati berhubungan positif terhadap motivasi
H14 : Keterampilan sosial berhubungan positif terhadap motivasi
H15 : Motivasi berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi
·         Empati
Stein dan Howard (2002) mendefinisikan empati sebagai kemampuan untuk menyadari, memahami dan menghargai perasaan dan pikiran orang lain. Empati adalah “menyelaraskan diri” (peka) terhadap apa, bagaimana dan latar belakang perasaan dan pikiran orang lain sebagaimana orang tersebut merasakan dan memikirkannya. Bersikap empatik artinya mampu “membaca orang lain dari sudut pandang emosi”. Orang yang empatik, peduli pada orang lain dan memperlihatkan minat dan perhatiannya pada mereka. Empati juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain, kemampuan untuk menyelaraskan diri dengan yang mungkin dirasakan dan dipikirkan orang lain tentang suatu situasi betapapun berbedanya pandangan itu dengan pandangan kita. Dari pendpat diatas peneliti menetapkan hipotesis sebagai berikut :
H16 : Pengenalan diri berhubungan positif terhadap empati
H17 : Pengendalian diri berhubungan positif terhadap empati
H18 : Motivasi berhubungan positif terhadap empati
H19 : Keterampilan sosial berhubungan positif terhadap empati
H20 : Empati berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi
·         Keterampilan Sosial
Menurut Jones (1996), kemampuan membina hubungan dengan orang lain adalah serangkaian pilihan yang dapat membuat anda mampu berkomunikasi secara efektif dengan orang yang berhubungan dengan anda atau orang lain yang ingin anda hubungi. Serangkaian pilihan anda meliputi pikiran, perasaan dan tindakan. Cadangan kemampuan anda untuk membina hubungan dengan orang lain terdiri atas sumber dan kekurangan anda dalam tiap bidang kemampuan. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam inilah yang  menyebabkan seseorang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan. Dari hal diatas maka peneliti menetapakn hipotesis sebagai berikut :
H21 : Pengenalan diri berhubungan positif terhadap keterampilan sosial
H22 : Pengendalian diri berhubungan positif terhadap keterampilan sosial
H23 : Motivasi berhubungan positif terhadap keterampilan sosial
H24 : Empati berhubungan positif terhadap keterampilan sosial
H25 : Keterampilan sosial berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi
Pengaruh Lima Komponen EQ secara bersama-sama terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Kecerdasan yang terdiri dalam lima komponen yaitu penenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan social akan sangat memperngaruhi kemampuan mahasiswa untuk beradaptasi dan belajar dalam lingkungan kampus. Kemampuan siswa untuk mengenal, mengenadalikan, memotivasi, berempati dan berketerampilan social adalah sangat penting dalam peningkatan pemahaman akuntansinya. Untuk itu peneliti dengan ini mengambil hipotesis sebagai berikut :
H26 : Lima Konponen EQ secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.









BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan

Sinkronisasi komponen kecerdasan emosional dan pengaruhnya terhadap tingkat pemahaman akuntansi dalam system pendidikan sangat berpengaruh dengan kemampuan kecerdasan emosional, siswa akan mampu untuk mengenal siapa dirinya, mengendalikan dirinya, memotivasi dirinya, berempati terhadap lingkungan sekitarnya dan memiliki keterampilan social yang akan meningkatan kualitas pemahaman mereka tentang akuntansi karena adanya proses belajar yang didasari oleh kesadaran siswa itu sendiri.
Sistem pembelajaran siswa akuntansi pada pendidikan akan sangat dipengaruhi oleh kecerdasan emosional siswa itu sendiri. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan siswa tersebut, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain.

4.2  Saran

Sebaiknya guru mata pelajaran Akuntansi tidak hanya fokus pada bidang pelajaran yang diampunya, tetapi seorang guru mata pelajaran Akuntansi harus mampu mengasah dan melatih kecerdasan emosional siswa. Bila kecerdasan emosional siswa tersebut  sudah terlatih dan siswa mampu mengendalikannya maka pemahaman terhadap mata pelajaran akuntansi akan lebih optimal dan dalam sistem pendidikannya pun akan lebih banyak jumlah populasi siswa yang menguasai mata pelajaran Akuntansi tersebut.









DAFTAR PUSTAKA

Melandy, Risso, Widiastuti, Fitri dan Aziza, Nurna, 2007. Sinkronisasi Komponen Kecerdasan Emosional dan Pengaruhnya terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi dalam Sistem Pendidikan Tinggi Akuntansi. Jurnal SNA X. Un-has Makassar 26-28 Juli 2007.
Annisa Fitriyani, Miftania. Analisis Faktor Pengaruh Kecerdasan Emosional pada Kemampuan Pemahaman Pelajaran Akuntansi dilihat dari Perspektif Gender Studi Empiris SMKN 3 Jepara, jurnal.
Isak, Prenichawati, 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spritual dan Minat Belajar Terhadap Pemahaman Akuntansi. Jurnal.
As-Sahara, Masyitah, 2014. Pengaruh Perilaku Belajar, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spritual,  dan Kecerdasan Sosial terhadap pemahaman akuntansi. Jurnal.
Nurhidayah, Diana. Pengaruh Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Siswa Kelas XI Akuntansi Pada Mata Pelajaran Akuntansi di SMK Negeri 1 Surabaya. Jurnal