DASAR
GURU PROFESIONAL DALAM MENINGKATKAN BELAJAR SISWA
DI
KELAS 3 SMK
Karya Ilmiah
Oleh:
Eva Nurzanah 113080107
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SWADAYA GUNUNG JATI
2015/20
16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang Masalah
Peran dan fungsi guru sangat penting
dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, situasi yang dihadapi guru
dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar
mengajar itu sendiri. Dengan demikian, guru sepatutnya peka terhadap berbagai
situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam
mengajar dengan situasi yang dihadapi. Salah satu kemampuan dasar yang harus
dimiliki guru Profesional adalah
merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan ini membekali
guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Belajar
dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya interaksi antara guru dengan
siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.
Mengingat
pentingnya pembelajaran untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka upaya
untuk meningkatkan belajar siswa harus diterapkan dengan baik, Untuk mempersiapkan siswa agar
sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan.
Selama ini, proses pembelajaran yang
berlangsung di kelas XII SMK masih sedikit sekali yang memperoleh hasil belajar
yang memenuhi kriteria ketuntasan, walaupun telah banyak dilakukan penerapan
strategi dan metode yang dilakukan. Dalam proses pembelajaran yang telah
dilakukan beberapa model pembelajaran diantaranya metode Tanya-jawab, seluruh
siswa yang menggunakan model tersebut menciptakan suasana di kelas terutama
siswa lebih aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar, tetapi khusus pada
kelas XII siswanya sebagian kecil aktif dan sebagian besar pasif sehingga hasil
belajar sebagian besar tidak tuntas dalam pembelajaran di sekolah. Siswa kurang
aktif bertanya, menanggapi dan menjawab pertanyaan serta hasil belajar siswa masih
rendah dibawah nilai rata-rata.
Berdasarkan masalah yang dipaparkan
di atas peneliti memilih judul penelitian “Dasar Guru Profesional dalam Meningkatkan Belajar
Siswa di Kelas 3 SMK “.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahanya dari karya tulis ilmiah ini
yang berjudul “Dasar Guru Profesional
dalam Meningkatkan Belajar Siswa di Kelas 3 SMK” dipaparkan sebagai
berikut:
1.
Apa cara guru profesional dalam meningkatkan
minat belajar siswa?
2.
Bagaimana cara siswa menumbuhkan minat belajarnya?
3.
Bagaimana hasil observasi di kelas 3 SMK dalam meningkatkan
minat belajar ?
C. Tujuan Masalah
Tujuan
merupakan motivasi yang dapat menimbulkan seseorang melakukan kegiatan
seefektif dan seefisien mungkin agar mendapatkan hasil yang optimal.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini adalah
untuk:
1.
Untuk mengetahui cara guru profesional dalam
meningkatkan minat belajar siswa.
2.
Dapat mengetahui cara siswa untuk menumbuhkan
minat belajarnya.
3.
Untuk mengetahui hasil observasi di kelas 3 SMK
dalam meningkatkan minat belajar.
D.
Manfaat
Manfaat yang akan didapat bagi para
pelajar/ mahasiswa , yaitu :
1.
Bisa
dijadikan pembelajaran atau pengetahuan tentang pentingnya meningkatkan minat belajar siswa.
2.
Dapat memperbaiki pembelajaran agar meningkatkan minat belajar.
3.
Dapat mengetahui cara meningkatkan minat belajar.
E.
Metode
Pembahasan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis melakukan
study kasus yaitu mengumpulkan data-data yang diambil dari buku pelajaran dan
menelusuri browser serta observasi hal ini untuk menyempurnakan karya tulis
ilmiah sebagai data yang jelas dan fakta.
F.
Sistematika Pembahasan
BAB
I: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, metode pembahasan dan metode sistematika
pembahasan.
BAB
II: permasalahan yang menguraikan tentang rumusan masalah dan tujuan masalah.
BAB
III: pembahasan yang memaparkan rumusan masalah..
BAB
IV: menguraikan tentang penutupan yang berisi kesimpulan dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II
PERMASALAHAN
1. Masalah
Pembelajaran
Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu
yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau
orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. menurut pengertian secara psikologis,
belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”.
Menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu
proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.
Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau
didefinisikan sebagai berikut :
“Masalah
belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat
kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan
dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan
lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini
tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi
juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.
Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci
utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar
merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar.
Kesulitan
belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya :
a. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah
keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang
bertentangan.
b. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar
yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa
tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau
gangguan psikologis lainnya.
c. Under Achiever mengacu kepada siswa yang
sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas
normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah
dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul
(IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat
rendah.
d. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa
yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang
sama.
e. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar
mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar,
sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
2. Faktor-Faktor
yang mempengaruhi minat belajar siswa.
Faktor yang
dialami dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap
proses belajar:
a. Faktor-Faktor
Internal Belajar
1) Sikap Terhadap
Belajar
Selama
melakukan proses pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari
pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang salah terhadap belajar akan membawa
kepada sikap yang salah dalam melakukan pembelajaran. Sikap siswa ini akan
mempengaruhinya terhadap tindakan belajar. Sikap yang salah akan membawa siswa
mersa tidak peduli dengan belajar lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses
belajar yang kondusif.
2) Motivasi
Belajar
Motivasi
belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.
Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan
belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi
belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.
3) Konsentrasi
Belajar
Konsentrasi
belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan
perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.
Untuk memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi belajar
mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Menurut
seorang ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar seseorang setelah tiga puluh
menit telah mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat
selama beberapa menit. Dengan memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan
prestasi belajar dapat ditingkatkan.
4) Mengolah Bahan
Belajar
Mengolah bahan
belajar merupakan kemampuan siswa untuk menrima isi dan cara pemerolehan ajaran
sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar merupakan nilai nilai
dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta nilai
kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah bahan pelajaran menjadi makin baik
jika siswa berperan aktif selama proses belajar.
5) Kemampuan
Berprestasi
Kemampuan
berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses belajar.
Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan.
Siswa menunjukan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau
menstransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui
bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan
berprestasi tersebut terpengaruh pada proses-proses penerimaan, pengaktifan,
pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan
pesan dan pengalaman.
6) Rasa Percaya
Diri Siswa
Rasa percaya
diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi
perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap
pembuktian perwujudan diri yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa.
Semakin sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya
dirinya akan meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan
merasa lemah percaya dirinya.
7) Intelegensi Dan
Keberhasilan Belajar
Intelegensi
merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak
secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara
efisien. Kecakapan tersebut menjadi actual bila siswa memecahkan masalah dalam
belajar atau kehidupan sehari-hari. Dengan perolehan hasil belajar yang rendah,
yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan
belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah. Hal ini akan
merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya mereka
didorong untuk melakukan belajar dibidang kterampilan.
8) Kebiasaan
Belajar
Kebiasaan-kebiasaan
belajar siswa akan mempengaruhi kemampunanya dalam berlatih dan menguasai
materi yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa
belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan
belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin,
bergaya jantan seperti merokok. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat
ditemukan di sekolah-sekolah pelosok, kota besar, kota kecil. Untuk sebagian
kebiasaan tersebut dikarenakan oleh ketidakmengertian siswa dengan arti belajar
bagi diri sendiri.
9) Cita-Cita Siswa
Cita-cita
sebagai motivasi intrinsic perlu didikan. Didikan memiliki cita-cita harus
ditanamkan sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar bagi siswa
sehingga siswa selalu termotivasi untuk belajar dengan serius demi menggapai
cita-cita tersebut. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan
berprestasi maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan
kemampuannya sendiri.
b. Faktor-Faktor
Eksternal Belajar
Faktor-faktor
eksternal tersebut adalah sebagai berikut:
1) Guru Sebagai
Pembina Siswa Belajar
Guru adalah
pengajar yang mendidik . Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai
dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik pemuda generasi bangsanya.
Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang
profesi bidang studi tertentu. Sebagai seorang pribadi ia juga mengembangkan
diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan keutuhan
pribadi, ia juga menghadapi masalah pengembangan diri, pemenuhan kebutuhan
hidup sebagai manusia.
2) Prasarana Dan
Sarana Pembelajaran
Lengkapnya
sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal
ini tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan
melakukan proses pembelajaran yang baik. Justru disinilah muncul bagaimana
mengolah sarana dan prasaranapembelajaran sehingga tersenggara proses belajar
yang berhasil dengan baik.
3) Lingkungan
Sosial Siswa Di Sekolah
Tiap siswa
dalam lingkungan sosial memiliki kedudukan, peranan dan tanggung jawab sosial
tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan seperti hubungan sosial
tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi hubungan akrab kerjasama, kerja
berkoprasi, berkompetisi, bersaing, konflik atau perkelahian.
4) Kurikulum
Sekolah
Kurikulum yang
diberlakukan di sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh
pemerintah, atau yayasan pendidikan. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan
kemajuan masyrakat. Dengan kemajuan dan perkembangan masyrakat timbul tuntutan
kebutuhan baru dan akibatnya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi. Adanya
rekonstruksi itu menimbulkan kurikulum baru. Perubahan kurikulum sekolah
menimbulkan masalah seperti tujuan yang akan dicapai mungkin akan berubah, isi
pendidikan berubah, kegiatan belajar mengajar berubah serta evaluasi berubah.
3. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya
Masalah Belajar
Kesulitan belajar ini merupakan suatu gejala yang nampak
dalam berbagai jenis pernyataan (manifestasi). Karena guru bertanggung jawab
terhadap proses belajar-mengajar, maka ia seharusnya memahami manifestasi
gejala-gejala kesulitan belajar. Pemahaman ini merupakan dasar dalam usaha
memberikan bantuan kepada murid yang mengalami kesulitan belajar.
Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar
pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu :
a. Faktor-faktor
Internal ( faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri ), antara
lain:
1) Gangguan secara
fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan
panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahan ( alergi, asma, dan
sebagainya ).
2) Ketidak seimbangan
mental ( adanya gangguan dalam fungsi mental ), seperti menampakkan kurangnya
kemampuan mental, taraf kecerdasannya cenderung kurang.
3) Kelemahan
emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri
(maladjustment), tercekam rasa takut,
benci, dan antipati serta ketidakmatangan emosi.
4) Kelemahan yang
disebabkan oleh kebiasaan dan sikap salah seperti kurang perhatian dan minat
terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak
mengikuti pelajaran.
b.
Faktor Eksternal ( faktor-faktor yang
timbul dari luar diri individu ), yaitu :
1) Sekolah, antara
lain :
·
Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
·
Terlalu berat beban belajar (murid) dan atau mengajar
(guru)
·
Metode mengajar yang kurang memadai
·
Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar
2). Keluarga
(rumah), antara lain :
·
Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis.
·
Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan
anaknya
·
Keadaan ekonomi.
Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah,
terutama guru. Guru yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam
belajar dan suka memberi petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat
menimbulkan perasaan sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan
keyakinan diri dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang
memiliki penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga
murid-muridnya juga akan memiliki penilaian diri yang positif.
Jadi jelaslah bahwa guru yang kurang akrab dengan murid,
kurang menghargai usaha-usaha murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan
dan akan mengakibatkan murid itu malas belajar atau kurangnya minat belajar
sehingga anak itu akan mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan seorang murid
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang
harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya.
4. Langkah-langkah yang ditempuh untuk menjamin
keberhasilan belajar adalah :
a) Identifikasi masalah
siswa
b) Diagnosa
c) Prognosa
d) Pemberian Bantuan
e) Follow up (tindak
lanjut)
Upaya-Upaya
Penanggulangan Masalah Belajar :
a) Perhatikan Mood
b) Siapkan Ruang
Belajar
c) Komunikasi
d) Mengidentifikasi
siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
e) Mengalokasikan
letaknya kesulitan atau permasalahannya
f) Melokalisasikan
jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mengalami berbagai kesulitan.
g) Memperkirakan
alternatif pertolongan.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Cara Guru Profesioanl Membangkitkan Minat Belajar Siswa di Sekolah
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil
belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan
minat, siswa tidak akan belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya. Siswa
akan malas belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu.
Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari sehingga dapat
mingkatkan prestasi belajar.
Minat
terhadap sesuatu hal tidak merupakan yang hakiki untuk dapat mempelajari hal
tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang
mempelajarinya. Membangkitkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah
membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk
dipelajari dengan diri sendiri sebagai individu.
Menurut
Slameto (2003 :180) proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana
penetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani
tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari
bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang dianggap penting,
dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajar akan membawa
kemajuan pada dirinya, ia akan lebih berminat untuk mempelajarinya.
Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.
Jika
terdapat siswa yang kurang berminat dalam belajar dapat diusahakan agar
mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik
dan berguna bagi kehidupannya serta berhubungan dengan cita-cita yang berkaitan
dengan materi yang dipelajari. Minat dapat diekspresikan melalui suatu
pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal
lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak
lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap pelajaran mempengaruhi
belajar selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat baru.
Menurut ilmuwan pendidikan cara yang paling efektif
untuk membangkitkan minat belajar pada siswa adalah dengan menggunakan
minat-minat siswa yang telah ada dan membentuk minat-minat baru pada diri
siswa. Hal ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa
mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan
bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaan bagi siswa dimasa yang akan
datang. Minat dapat dibangkitkan dengan cara menghubungkan materi pelajaran
dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.
Indikator-indikator minat belajar siswa terdiri
dari: adanya perhatian, adanya ketertarikan, dan rasa senang. Indikator adanya
perhatian dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu: perhatian terhadap bahan
pelajaran, memahami materi pelajaran dan menyelesaikan soal-soal pelajaran.
Ketertarikan dibedakan menjadi ketertarikan terhadap bahan pelajaran dan untuk
menyelesaikan soal-soal pelajaran. Rasa senang meliputi rasa senang mengetahui
bahan belajar, memehami bahan belajar, dan kemampuan menyelesaikan soal-soal.
Menjadi guru yang profesional dapat menciptakan strategi
dalam mengatur pembelajaran untuk meningkatkan belajar siswanya terutama di
kelas 3 dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1.
Melihat cara belajar siswa
Belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan. (Hamalik Pemar : 2001) Menurut pengertian ini belajar merupakan
suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Yang
menjadi hasil dari belajar bukan penguasan hasil latihan melainkan perubahan
tingkah laku. Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, maka
diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan
mencerdaskan siswa.
Belajar
adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa
berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada
proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarga. Belajar atau learning, adalah perubahan yang secara
relative berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman
pengalaman. Belajar merupakan salahsatu bentuk perilaku yang amat penting bagi
kelangsungan hidup manusia. Belajar mem-bantu manusia menyesuaikan diri
(adaptasi) dengan lingkungan.
Menurut
Gagne (1984), belajar didefinisikan sebagai proses dimana suatu organisme
berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Menurut James O.Wittaker,
“learning may be defined as the process by which behavior organites or is
altered through training or experience”. Belajar dapat didefini-sikan sebagai
proses dimana tingkahlaku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.
Menurut
Howard L. Kingsley, “learning is the process by which behavior (in the broader
sense) I s organited or changed through practice or training”. Belajar adalah
proses dimana tingkahlaku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
2.
Membuat Pedoman
Cara Belajar
Untuk
memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik harus dilakukan dengan baik dan
pedoman cara yang tapat. Setiap orang mempunyai cara atau pedoman
sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh
seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal ini
disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan
dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.
Oleh
karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan oleh
seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi faktor yang paling
menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu sendiri. Untuk dapat
mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan belajar
yang baik.
3.
Memperhatikan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi
Belajar
Adapun
faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a.
Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri
yang kita sebut faktor individu.
Yang
termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan atau
pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
b.
Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial
Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga,
keadaan rumah tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan
kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi sosial.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan
belajar di atas menunjukkan bahwa belajar itu merupaka proses yang cukup
kompleks. Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor
di atas. Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar
akan dapat dilalui dengan lancar dn pada gilirannya akan memperoleh prestasi
atau hasil belajar yang baik.
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar
yang tidak menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh
faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau
menemui kesulitan.
4.
Mengetahui Minat Belajar Siswa
a. Pengertian Minat Belajar
Minat berperan sangat penting dalam kehidupan
peserta didik dan mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku.
Siswa yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras
dibandingkan siswa yang kurang berminat.
Menurut
Hilgard (1977 :19) memberi rumusan pengertian tentang minat sebagai
berikut: “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some
activity or content” yang berarti minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati
seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang dan
diperoleh suatu kepuasan.
Menurut
Slameto (2003 : 57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa,
diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan.
Lebih lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk
tertarik pada sesuatu objek atau menyenangi sesuatu objek (Sumadi Suryabrata,
1988 :109). Minat adalah sesuatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang
terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan
lingkungan.
Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan
tertarik pada sesuatu yang relatif tetap untuk lebih memperhatikan dan
mengingat secara terus-menerus yang diikuti rasa senang untuk memperoleh suatu
kepuasan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam
belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat
dipahami. Sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat
dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan. Perubahan kelakuan ini meliputi
seluruh pribadi siswa; baik kognitip, psikomotor maupun afektif. Untuk meningkatkan
minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan secara berkelompok.
Sedangkan
yang penulis maksudkan dengan minat belajar di sini adalah suatu kemampuan umum
yang dimiliki siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal yang dapat
ditunjukkan dengan kegiatan belajar.
b. Ciri-ciri Siswa Berminat dalam Belajar
Menurut
Slameto (2003 :58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk
untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu
yang dipelajari secara terus menerus.
2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu
yang diminati.
3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan
pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu
aktivitas-aktivitas yang diminati.
4) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi
minatnya daripada yang lainnya.
5) Dimanifestasikan melalui partisipasi
pada aktivitas dan kegiatan.
5.
Memberikan Prestasi
Prestasi
adalah hasil yang telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil
yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas
tertentu.
Menurut
Syaiful Bahri Djamarah, hasil belajar atau prestasi belajar adalah hasil dari
suatu kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakansecara individu atau
kelompok. Dari ungkapan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak akan ada
hasil apabila tidak ada kegiatan.
Jadi
prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan
adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar menginginkan
hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap individu harus belajar
dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik. Sedang
pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi adalah kemampuan.
Kemampuan di sini berarti yang dimampui individu dalam mengerjakan
sesuatu.
Setiap
individu yang belajar tentu dengan usaha atau kerja keras agar mendapatkan
hasil yang memuaskan. Keberhasilan seorang mencapai kriteria ketuntasan
minimal. Berikut ini akan dipaparkan tentang pengertian alat evaluasi yang
tepat untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran, indicator hasil belajar,
dan batas minimal hasil belajar.
B.
Faktor Siswa untuk Menumbuhkan Minat Belajarnya
Selain
guru yang menumbuhkan minat belajar siswa di kelas 3 SMK, siswa juga diharapkan
dapat menumbuhkan minat belajarnya, inilah kiat – kiat agar pelajar
mempunyai minat belajar antara lain
adalah:
1.
Keinginan
Pelajar
Sebagai siswa memang dituntut agar belajar dan meraih cita –
cita yang diinginkan. Tapi semua itu tidak akan tercapai jika siswa atau siswi
itu tidak mempunyai keinginan untuk belajar dan mengulang pelajaran dirumah.
Tugas – tugas rumah atau lebih sering dikenal dengan PR, sangat menunjang
keberhasilan siswa. Karena jika ada keinginan siswa itu untuk mengerjakan
pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh guru atau bidang study yang
bersangkutan secara tidak langsung siswa telah mengulang pelajaran yang
diberikan tersebut.
Tak hanya pekerjaan rumah ( PR) saja yang bisa membuat
pelajaran mengulang tapi juga dengan belajar kelompok untuk membahas hal – hal
atau soal – soal yang tidak bisa diselesaikan siswa. Dengan begitu minat
belajar untuk belajar sedikit demi sedikit akan mulai muncul dan keinginannya
akan membuatnya selalu mengualang pelajaran yang diberikan pleh guru. Ataupun
pergi ke bimbel – bimbel yang ada dan mendiskusikan pelajaran – pelajaran yang
dianggap sulit seperti’ matematika, bahasa inggris, fisika ataupun kimia.
Pelajar yang biasa membaca bukku seperti Novel ataupun
cerpen juga bisa menunjang keinginan belajarnya karena ia mempunyai keinginan
dan rasa ingin tahu yang besar. Karena dari membaca siswa dapat mengetahui hal
– hal yang baru seperti alat – alat telekomunikasi yang banyak beredar di
tengah masyarakat dunia.
2.
Kedisiplinan
Sekolah
Mata pelajaran yang disukaipun bisa
menjadi faktor utama penyebab keberhasilan siswa karena jika siswa tidak menyukai mata
pelajaran yang sedang dijelaskan guru bidang study. Siswa akan mudah bosan dan akhirnya
membenci mata pelajaran tersebut. Tak hanya itu gurupun berpesan dalam minat
belajar siswa karena denga tidk adany guruyang mengajar dan mengarahkan serta
menasehati siswa. Maka siswa itu akan dengan mudahnya terbawa lingkungan yang
dianggap kurang baik, seperti pengarh teman yang negatif seperti salah satu
siswa yang suka keluar, berbicara saat PBM dengan temannya. Pengaruh ini yang
banyak terlihat dari siswa. Dan sangat susah untuk menghilanGkannya.
Lingkungan sekolah pun menjadi salah satu faktor minat
belajar seorang siswa. Jika sekolah mereka mempunyai
peraturan yang sangat ketat tentu para siswa akan lebih berhati – hati jika
melakukan suatu kesalahan. Tapi jika disiplin sekolah diman tempat mereka
bersekolah rendah atau longgar siswa akandengan mudah melanggar perturan dan
kedisiplinan.
3.
Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal pun banyak menjadi faktor penentu
keberhasilan siswa. Jika siswa tinggal ditempat berpendidikan maka tak hayal
banyak mereka yang berhasil. Dan jika mereka tinggal ditempat yang tak
mementinglkan pendidikan maka banyaklah generasi yang malas.
Pengaruh temanpun juga banyak ditemui sebagai penyebab
seorang pelajar itu gagal dan menyesal dikemudian hari. Jika pelajar yang
lainnya dengan mudah terpengaruh dengan
apa yang ia katakan. Seperti pelajar yang suka merokok. Ia akan membawa dampak
buruk bagi siswa lainnya karena ia akan mempengaruhi pelajar lainnya untuk
mencoba dan merasakan hal – hal baru. Karena diusia remaja pelajar masih banyak
yang masih labil. Ia akan dengan mudah mencoba hal – hal baru karena remaja
identik dengan coba – coba.
4.
Keluarga
Jika dari pihak keluarga siswa terbiasa
disiplin tentu tidak akan susah mengatur siswa tersebut untuk melakukan
pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh guru disekolah. Dan perhatian orang tua tak hanya
dirumah tapi bagaimana sifat dan kebiasaan anaknya disekolah, rumah dan
lingkungan. Orang tua akan lebih mudah mengetahui anaknya jika ayah/ ibu bisa
memahami apa – apa yang ada dalam diri si anak.
Keluarag Broken Home, yang sering menjadi korbannya adalah
anak – anak dari hasil perkawinannya. Seperti orang tua yang asyik melakukan
aktifitasnya dan anaknya pun sibuk dengan lingkungan. Sehingga komunkai antara
orang tua dengan anak menjadi terganggu. Semua itu harus dihindari karena bisa
menyebabkan ketidak harmonisan hubungan antara anak dan orang tua. Anak yang
terdiri dari keluarga broken home banyak yang terjerumus pada hal – hal yang
tidak diinginkan. Seperti anak bisa saja terjerumus pada pergaulan bebas yang
identik dengan sex bebas.
5.
Perpustakaan
Sering keperpustakaan dan membaca. Dengan seringnya
seseorang keperpustakaan dengan sendirinya ia akan terpengaruh untuk ingin tahu
dan ingin membaca. Karena ilmu itu sangat banyak terdapat diperpustakaan.
Seperti kita dapat memanfaatkan buku – buku tersebut dalam mengisi waktu luang
dan mengasah otak siswa.
Siswa juga dapat mencari soal – soal ujian yang telah lampau
untuk dibahas baik untuk sendiri – sendiri ataupun secara berkelompok. Cara
seperti ini juga bisa difaktorkan sebagai alat pemacu belajar siswa dan sukses
dalam ujian nasional. Karena selain hemat biaya siswa juga bisa mendapatkan
denganmudah karena difasilitasi oleh sekolah. Jika siswa mencari ketoko – toko
buku siswa Tentu akan akan mengeluarkan biaya yang lumayan banyak seperti
ongkos pembelian buku itu sendiri. Siswa juga dapat memperoleh buku yang ia inginkan dengan cara di bawa ke rumah
selama beberapa hari. Karena pustaka sekolah sangat mendukung keberhasilan
siswa
6.
Cita –
Cita
Jika seorang siswa mempunyai cita-cita yang sangat ia minati
secara tidak langsung ia akan mengejar cita-citanya itu dan itu artinya siswa
telah termotifasi dalam belajar. Atau faktor pendorong yang sangat utama.
Sebenarnya cita-cita itu tergantung dari minat siswa jika seorang siswa
tertarik akan sesuatu ia akan berusaha untuk mendapatkan. Dan jika siswa itu
telah mendapatkannya ia akan berusaha untuk mempertahankannya karena yang ia
dapatkan itu tidak mudah atau sangat banyak cara dan rintangannya untuk
menggapai sesuatu itu.
7.
Pola
Belajar
Seorang siswa harus mempunyai pola atau cara belajar yang
baik. Supaya apa yang ia inginkan bisa tercapai dengan memuaskan. Sebagai siswa
yang ingin berprestasi pola belajar yang benar adalah :
Ø Sering membaca
Ø Membuat PR (Pekerjaan Rumah)
Ø Jangan Cepat Puas
Ø Tingkatkan Rasa Ingin Tahu
Ø Dan sering mengulang pelajaran
Dan cara-cara belajar diatas jika siswa dapat menguasainya,
maka siswa dengan mudah menguasai materi yang diberikan oleh guru. Dan siswa
atau khususnya bagi siswa kelas tiga harus sering-sering membahas soal-soal
ujian akhir kelas tiga yang telah lampau. Karena dengan begitu siswa bisa
memperkirakan soal-soal yang akan dia hadapi jika nanti waktu ujian nasional
atau ujian sekolah datang. Tidak itu saja siswa juga terbiasa dengan soal-soal
yang akan mereka hadapi nanti, karena mereka telah lebih dahulu membahas
soal-soal yang telah lampau.
C.
Hasil Observasi
Observasi ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penyebab kesulitan belajar siswa dan
untuk mengetahui solusi apa yang diberikan oleh pihak BK (Bimbingan Konseling)
dalam mengatasi masalah belajar siswa.
Berdasarkan
observasi yang telah dilakukan diketahui penyebab kesulitan belajar siswa,
diantaranya sebagai berikut :
1. Keadaan
kelas yang kurang kondusif. Penataan ruangan yang tidak menunjang dalam
kegiatan pembelajaran.
2. Cara
mengajar guru yang tidak memfasilitasi berbagai gaya belajar siswa dan sikap
guru yang dictator.
3. Pandangan
siswa terhadap suatu mata pelajaran yang menganggap mata pelajaran itu sulit
sehingga siswa merasa segan dan terbebani untuk mempelajarinya.
4. Adanya
faktor dari lingkungan luar seperti masalah keluarga dan masalah ekonomi.
Adapun solusi
yang diberikan oleh pihak BK (Bimbingan Konseling) dalam mengatasi masalah
belajar siswa, yaitu :
1. Melakukan pendekatan terhadap siswa
2. Pencarian data tentang masalah
yaitu dengan berkomunikasi dengan orang tua siswa dan wali kelas.
3. Melakukan konsultasi secara privat.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Guru dalam mengajar seyogyanya menggunakan metode
belajar yang bervariasa sehingga menimbulkan rasa ketertarikan pada diri siswa.
Dengan adanya rasa ketertarikan ini anak akan berminat untuk mengikuti
pembelajaran. Anak tidak merasa jenuh, sehingga ada semangat untuk belajar. Dan
diharapkan ke depannya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dalam pembahasan “Minat Belajar Siswa”
dapat kita simpulkan bahwa, baik buruknya seorang pelajar tergantung dengan
keinginan dan semangat belajar yang ia miliki atau lebih jelasnya tergantung
dari diri pelajar itu sendiri Serta guru yang mampu menciptakan suasana yang
kondusiv. Jika keinginan belajarnya tinggi atau semangatnya tinggi, maka ia
akan memperoleh nilai yang baik, dan sebaliknya jika seorang pelajar itu malas
ia akan ketinggalan dan nilainya akan buruk atau tidak memuaskan.
Dari hasil
observasi yang kita lakukan, dapat kita ketahui bahwa ada 2 faktor yang dapat
membuat siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran, yaitu:
·
Faktor internal belajar siswa, meliputi sikap siswa
dalam belajar, motivasi belajar siswa, konsentrasi siswa, cara mengolah
pembelajaran, rasa percaya diri siswa, kebiasaan belajar, dan cita-cita siswa.
·
Faktor eksternal belajar siswa, meliputi guru sebagai
pembina siswa belajar, sarana dan prasarana, lingkungan siswa di sekolah dan
kurikulum sekolah.
Adapun solusi yang diberikan oleh pihak
BK (Bimbingan Konseling) dalam mengatasi masalah belajar siswa, yaitu :
·
Melakukan pendekatan terhadap siswa
·
Pencarian data tentang masalah yaitu dengan berkomunikasi
dengan orang tua siswa dan wali kelas.
·
Melakukan konsultasi secara privat.
B.
SARAN
Saran dari penulis, cobalah belajar
dengan serius dan gunakan waktu luang dengan sebaik-baiknya bukan dengan
dorongan guru saja karena jika tidak ,hasil yang akan didapat tidak memuaskan
pelajar itu sendiri. Dan waktu belajar akan terbuang dengan sia-sia. Jadilah
generasi yang mau belajar dan mencari ilmu pengetahuan karena dengan begitu
pelajar akan dengan mudah terjun ke masyarakat nanti.
Agar proses belajar mengajar siswa
dapat berlangsung secara optimal, diperlukan pendekatan yang lebih intensif
dari guru BK. Sehingga siswa dapat terus terpantau bagaimana perkembangannya
dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA